Nasional

Tim Penyusun Buku Memoar KH Abbas Muin Undang Para Penulis

Rab, 15 Februari 2023 | 19:30 WIB

Tim Penyusun Buku Memoar KH Abbas Muin Undang Para Penulis

Rencana penulisan buku Memoar KH Abbas Muin. (Foto: Dok. panitia)

Jakarta, NU Online

KH Mohamad Abbas Mu’in merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama dari Banyumas, Jawa Tengah. Ia lahir di Sokaraja pada 20 Juni 1949 dan wafat di Rumah Sakit Geriatri, Purwokerto, Jawa Tengah pada 27 Mei 2022. Ia pernah menjadi Ketua PBNU masa khidmah 2004-2015.


Dalam rangka setahun mengenangnya, Panitia Penulisan Buku Kyai Abbas Mu’in, Ah.Md.Irfan Maulana, yang biasa dipanggil Gus Irfan mengundang siapa saja yang mengenal sosok Kiai Abbas Mui’in untuk menuliskan catatan tentangnya, baik terhadap pribadi maupun pemikiran dan kiprahnya. Tulisan yang terkumpul akan disatukan dalam sebuah buku berjudul Kyai Abbas Mu’in: Manusia Desa yang Tersembunyi.


“Kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara, menuliskan kenangan terhadap Kyai Abbas Mu’in, baik terhadap pribadi beliau maupun melalui pemikiran-pemikirannya,” ujar Gus Irfan kepada NU Online pada Rabu (15/2/2023).

Ketentuan Penulisan

  1. Panjang naskah 1-5 halaman, File Microsoft Word, Times New Roman 12, spasi 1,5.
  2. Lengkapi dengan profil penulis 1 paragraf (taruh di dalam naskah) dan foto pendukung jika ada.
  3. Deadline pengiriman naskah: 28 Februari 2023
  4. Mohon kirim naskah ke email (word) surtinihadi@gmail.com atau ke nomor whatsapp 085866540062. Format file: Nama penulis - judul naskah 
 

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Surtini Hadi 085866540062 dan Nashrudin 0895606001115.

 

Irfan berharap agar tulisan yang dibagikan nanti dapat menebar manfaat bagi publik. “Semoga apa yang dituliskan menjadi jalan bertumbuhnya kebaikan, kebermanfaatan dan keberkahan bagi banyak orang, dan menjadi tauladan bagi generasi ke depan." katanya.


Sementara itu, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU KH Ulil Abshar Abdalla menyampaikan bahwa Kiai Abbas Mu’in adalah ikon pembelaan bagi kaum lemah. “Kita bisa menyebut Abbas Muin semacam Paulo Freire dalam di lingkungan NU,” ujarnya. 


Gus Ulil mengenal sosok Kiai Abbas Muin sebagai salah tokoh dalam barisan mazhab Gus Dur. Ia dianggap sebagai simbol pembelaan atas kaum mustad’afin, kaum lemah. Minat dia pun memang terkait dengan dunia pedesaan, dunia yang banyak dihuni oleh kalangan yang terpinggirkan, yaitu kaum marjinal.


Sementara itu, Sastrawan dan budayawan Ahmad Tohari, mengenal sahabatnya itu sebagai sosok yang tidak pernah menyakiti orang lain.

 

“Selama bertahun-tahun bersahabat sejak SMA, saya belum pernah disakiti. Bukan hanya saya, teman-teman lain di tengah masyarakat merasa mendapat berkah dari persahabatan dengan Abas. Mohamad Abbas Mu’in, nama yang pantas dikenang karena jasa dan pengabdiannya,” ujar Ahmad Tohari.


Ketua Majelis Pertimbangan Pengurus Besar Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII) KH Masyhuri Malik mengaku banyak belajar dari Kiai Abbas tentang cara berkhidmat terhadap NU, sebagai organisasi sosial keagamaan tempat bernaung kebanyakan orang desa.


“Kiai Abbas pribadi yang kaya gagasan dalam mengelola dan menggerakkan perubahan sosial bebasis fikrah Nahdliyah. Beliau sangat kuat dan menonjol lisanul haal-nya daripada lisanul maqaal-nya,” katanya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad