Jakarta, NU Online
Syekh Syarif Muhammad Fadlil al-Jilani mengemukakan tiga wasiat Syekh Abdul Qodir al-Jilani untuk umat Islam agar bersatu. Syekh Fadlil menyampaikan wasiat tersebut di sela-sela Pengajian Teleconference Kitab Adabul Alim wal Muta'allim karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari di Gedung PBNU, Rabu (2/1).
"Syekh Abdul Qodir al-Jilani pernah mengatakan 'kalian haruslah berpegang atas tiga perkara'," kata Syekh Fadlil.
Pertama, hilangkan kebodohan dan diisi dengan ilmu. Menurutnya, jika seseorang bisa menghilangkan kebodohan, maka cahaya ilmu akan dating ke seluruh tubuh.
"Ilmu masuk dari mulai kepala kalian, hingga hati kita akan dipenuhi dengan cahaya ilmu tersebut, kedua mata kita akan terjaga dengan cahaya ilmu, kedua telinga kita pun akan terpenuhi dengan ilmu, kedua tangan kita akan terjaga dengan cahaya ilmu, kedua kaki kita pun akan dipenuhi oleh ilmu tersebut"
Kemudian, ketika cahaya ilmu bertambah dan menjadi besar pada komunitas umat Islam sehingga dapat menyatukannya. Cahaya ilmu merupakan ilmu yang bersih dari riya dan terbebas dari ujub.
"Cahaya ilmu inilah yang bisa memberikan manfaat bagi pemilik ilmu tersebut dhohir dan batin," ucapnya.
Kedua, menghilangkan perbedaan di antara sesama umat Islam hingga tampak persatuan dan persamaan. Menurutnya, persamaan merupakan kemuliaan bagi islam, muslim, dan kemuliaan atas agama.
"Persamaan yang dibina di dalam masyarakat mendatangkan ketenangan untuk jiwa dan diri kita," jelas pria yang tinggal di Turki tersebut.
Ia mengatakan, perbedaan yang terjadi di banyak negara Islam hanya membuatnya rendah dan hina dan berujung pada kebinasaan.
Ketiga, membiasakan diri untuk berbagi harta yang halal dengan orang-orang yang membutuhkannya, khususnya yatim yang fakir. Sebab, kemiskinan dapat menurunkan derajat manusia.
Menurutnya, jika kebiasaan berbagi berlangsung dengan baik, pada saatnya nanti tidak akan ada lagi fakir berkeliaran di tengah-tengah masyarakat.
"Kalau kita jalankan ketiga wasiat tersebut, pastilah dengan nalar kita yang sehat nanti kita katakana 'akan timbul nanti kehidupan tanpa ada masalah perbedaan di antara kita'. Disitulah kita akan merasakan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat sebagaimana hakikat daripada kehidupan yang kita inginkan," jelasnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)