Nasional

Tiga Tahun di Pergunu, Akhsan Ustadhi Mampu Bentuk 400 Cabang

NU Online  ·  Senin, 13 Maret 2017 | 10:46 WIB

Tiga Tahun di Pergunu, Akhsan Ustadhi Mampu Bentuk 400 Cabang

Akhsan Ustadhi (kanan) selepas Rakernas Pergunu di pantai Selong Lombok Tengah

Jakarta, NU Online 
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama kehilangan salah satu pengurus terbaik, Akhsan Ustadhi, yang meninggal pada Sabtu dini hari (11/3). Is sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi tidak tertolong. Kemudian dikebumikan siang harinya di sebuah pemakaman di Citeureup, Bogor.

Pria kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur tersebut hingga meninggalnya tercatat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Pergunu dan Penasihat di Pergunu Bogor. Ia Aktif di PCNU Bogor serta Wakil Rektor IV Institut KH Abdul Chalim (IKHAC).

Kabar duka tersebut, membuat Ketua Umum PP Pergunu KH Asep Saifuddin Chalim dan Sekretaris Umum PP Pergunu Gatot Sujono mengeluarkan surat edaran agar PW, PC, dan PAC Pergunu serentak melakukan shalat gaib dan tahlilan untuk Akhsan Ustadhi. 

Menurut Wakil Ketua Pimpinan Pusat Pergunu Rudolf Chrysoekamto, Akhsan Ustadhi mengabdi dan berdedikasi di Pimpinan Pusat Pergunu sejak Jawa Barat menjadi tuan rumah Diklat Instruktur K13 tingkat SMP yang diselenggarakan PP Pergunu bekerja sama dengan Dirjen Pendidikan Menengah. “Saat itu, di tahun 2014, Pak Akhsan menjadi Ketua Panitia Pelaksana, dan Diklat dinyatakan sukses,” katanya ketika dihubungi NU Online pada Ahad (12/3). 

Rudolf, sebagai Ketua Panitia Pusat kegiatan tersebut mengapresiasi kinerja baik Akhsan Ustadhi. Kemudian ia memperkenalkan Akhsan Ustadhi kepada Ketua Umum PP Pergunu Kiai Asep Saifuddin Chalim. “Oleh karena kegigihan tak kenal lelah, maka Pak Akhsan kemudian diberi tugas untuk mnggalang dan mengkonsolidasi pembentukan Pengurus Walayah dan Cabang Pergunu di seluruh Indonesia,” jelasnya. 

Dalam kurun waktu tiga tahun sejak 2014 hingga 2017 ini, tambah Rudolf, 35 kepengurusan wilayah dan hampir 400 Pengurus Cabang telah berdiri. “Itu menjadi jerih payah Pak Akhsan sebagai Wakil Sekretaris Pimpinan Pusat Pergunu yang mmbawahi konsolidasi organisasi,” tegas pria kelahiran Jember, Jawa Timur itu. 

Menurut Rudolf, kemampuan Akhsan yang bisa seperti itu karena ia banyak kawan. Karena, ia pada dasarnya memiliki pembawaan yang pandai bergaul dengan semua kalangan. Juga memiliki watak yang senang bercanda.

“Bahkan kawan-kawan Pak Akhsan yang dari Papua dan Aceh bisa lebur dalam persahabatan dan canda. Ia solider dan pandai bergaul. Selebihnya adalah karena darah NU yang mengalir di tubuhnyalah yang mmbuat ia loyal untuk membesarkan Pergunu,” jelas dosen Institut KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet.

Anjuran yang sering diungkapkan Akhsan Ustadhi, kata Rudolf, adalah “jangan meminta hidup dari NU tapi hidupilan NU”. Kemandirian dan  kerja keras menjadi pokok semangat yang ditularkan kepada kader. Dalam perjalanan konsolidasinya ke daerah-daerah, tak jarang Pak Akhsan harus menempuhnya berhari-hari karena tidak semua lokasi bisa dijangkau dengan pesawat.

Senada dengan Rudolf, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Pergunu Gatot Suyono menyampaikan kesaksiannya. "Beliaulah selama ini yang mensosialisasikan Pergunu ke seluruh Indonesia. Beliaulah yang agresif mendorong terbentuknya Pergunu di daerah. Beliaulah yang melakukan konsolidasi seluruh jajaran Pergunu dengan tanpa lelah. Beliaulah yang melakukan komunikasi dan kordinasi serta kerja sama dengan pihak lain," katanya ketika diminta kesaksian tentang Akhsan Ustadhi. (Abdullah Alawi)