Nasional

Tiga Peta Besar Pengetahuan Islam di Indonesia Saat Ini

Kam, 14 Oktober 2021 | 12:15 WIB

Tiga Peta Besar Pengetahuan Islam di Indonesia Saat Ini

Santri Pesantren (Foto: Istimewa)

Tangerang Selatan, NU Online
Saat ini ada tiga peta besar pengetahuan Islam di Indonesia yakni pesantren, perguruan tinggi Islam negeri, dan perguruan tinggi umum. Pengetahuan Islam yang diajarkan di pesantren merupakan peta pengetahuan Islam yang memiliki akar sangat kuat. Hal ini dikarenakan, kegiatan transfer ilmu dan kajian ilmiah di pesantren sudah dilakukan sejak berabad-abad lalu.


"Di antara tiga model pengetahuan Islam, yang dikembangkan di pesantren paling tua dan kokoh secara metodologi. Meskipun dari segi instansi sangat khas Indonesia, tapi bahan kajiannya luas sekali,” kata Intelektual Nahdlatul Ulama (NU) Ulil Abshar Abdallah, Kamis (14/10).


Gus Ulil menambahkan, pengetahuan Islam di kampus negeri juga tidak bisa diremehkan. Meskipun tidak setua pesantren, kampus negeri seperti Universitas Islam Negeri, Institut Agama Islam Negeri dan Sekolah Tinggi Agama Islam perlu diperhitungkan keberadaannya.


Hal ini karena kampus Islam negeri memiliki sistem organisasi yang tertata rapi. Selain itu, kampus model ini memiliki pendanaan yang cukup besar. Sehingga bisa mendorong orang lain untuk pindah dari pesantren ke kampus negeri.


"Saya khawatir kalangan pesantren lebih tertarik melihat kajian di kampus negeri. Meninggalkan model pesantren. Karena melihat dampak gaji, jenjang karier, dan dukungan negara," ungkapnya saat mengisi kajian Islam dalam Muktamad 2021 di Hotel Santika, Serpong, Tangerang Selatan.


Sementara peta kajian Islam ketiga adalah kampus umum yang tertarik membahas dan mengulas pengetahuan Islam secara akademik. "Di Eropa, kampus umum sudah biasa mengkaji pengetahuan Islam secara akademik. Di Indonesia gejala ini mulai menemukan jalur ke arah positif," ujarnya.


Tiga peta pengetahuan Islam ini menurutnya sama pentingnya dan saling mengisi satu sama lain. Hanya saja, Gus Ulil menginginkan pesantren tidak kehilangan segi kreativitasnya.


Oleh karenanya, Gus Ulil meminta pesantren untuk membangkitkan lagi Al-Ulum Nadzariyah seperti ilmu Ushul fikih, ilmu kalam, ilmu tasawuf falsafi dan ilmu filsafat agar tidak kalah menarik dengan kampus negeri dan umum.


Saat ini, pesantren lebih banyak mengkaji pada fikih ibadah dan pengetahuan yang bersifat praktis saja. Padahal dulu pesantren biasa mengkaji Al-Ulum Nadzariyah.


"Jika tradisi ini dihidupkan kembali maka ilmu pengetahuan Islam ala pesantren akan semakin maju. Jadi pesantren harus percaya diri, tidak perlu merubah diri menjadi seperti kampus negeri," tutupnya pada acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama ini.


Kegiatan ini sendiri diikuti oleh ratusan santri dan alumni pesantren seluruh Indonesia. Setiap peserta yang mengikuti kegiatan ini harus melewati proses seleksi tulisan ilmiah.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Muhammad Faizin