Nasional

Tiga Kezaliman Jadi Tantangan Umat Islam Saat Ini

Sel, 15 Agustus 2017 | 12:02 WIB

Jakarta, NU Online 
Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) KH Said Aqil Siroj menyebutkan empata tantangan umat Islam yang harus dihadapi saat ini. Sebagai wadah perkumpumpulan ormas Islam, LPOI semestinya bisa menjawab tantangan tersebut. 

“Kezaliman di depan mata kita, la haula wa la quwwata, dan kita tidak berdaya,” katanya pada peresmian kantor baru LPOI di Jalan Kramat VI, Jakarta Pusat, Senin (14/8).  

Kezaliman pertama, menurut dia, adalah politik dunia. Kezaliman itu adalah adanya hak Veto. Misalkan hak itu digunakan oleh pemiliknya, satu negara saja, maka batallah kesepatakan dari rapat umum negara-negara lain yang jumlahnya lebih banyak. 

“Misalnya rapat umum 179 negara mengutuk Israel, Ameraka tidak setuju, mengutuk saja, bukan mau menyerang atau mengebom, mengecam saja tidak bisa, karena selalu ada yang memveto, maka batallah kutukan itu,” katanya.  

Dulu, lanjut kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu, Yahudi akan diberi tempat di Uganda. Semua negara setuju, termasuk Amerika Serika dan Prancis (dua negara pemilik hak Veto), tapi ada satu negara, Inggris (pemilik hak Veto) tidak setuju, gagallah kesepakatan itu. 

“Satu orang saja bisa mengalahkan semuanya, sehingga keputusannya, negara Israel di Palestina. Itu kezaliman. Di hadapan kezaliman itu, kita la haula wal quwwata,” lanjutnya. 

Kedua, adalah kezaliman moneter (keuangan). Menurut dia, ketika suatu negara menerbitkan uang, parameternya harus Dollar. Kalau tidak memilikinya harus berutang. Jika tidak mengikuti aturan itu, akan dikucilkan. Hanya negara yang berani yang mampu menolaknya.

“Kezaliman ekonomi, kita kaya, emas, uranium, tapi kita bisa menentukan harga itu. Harganya terserah pasar internasional. Tapi Singapura bisa, padahal tidak punya emas, timah, kita hanya bisa menggerutu. Teorinya transparansi, tapi praktiknya kita dirugikan,” katanya.  

Kiai Said juga menyebut kezaliman akademik. Menurut dia, saat ini, yang namanya kebenaran, uang disebut ilmiah itu harus dari Amerika dan Barat.

“Literatur, rowahu, qala, harus dari Amerika dan Barat. Tulisan yang diambil dari Ibnu Sina, Al-Ghazali itu ditolak. Saya mendengar keluhan itu dari mahasiswa di Indonesia.”

Pemikiran-pemikiran dari tokoh Islam hanya dibolehkan untuk perbandingan. Jika murni mengambil dari pemikiran tokoh Islam, dianggap tidak ilmiah. Padahal tokoh tersebut hebat dan diakui seperti Al-Jabbar. (Abdullah Alawi)