Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengemukakan tentang sulitnya membangun Islam Nusantara yang diusung oleh Nahdlatul Ulama. Menurut Kiai Said, membangun Islam Nusantara itu harus cerdas.Â
Demikian dikatakan Kiai Said saat mendapat kunjungan dari Perwakilan Kementerian Dalam Negeri Singapura di lantai tiga, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (16/1).
Kiai yang juga Guru Besar Ilmu Tasawuf itu mengatakan, dalam membangun Islam Nusantara, ada tiga hal yang melekat. Pertama, nilai Islam tidak boleh lepas. Kedua, budaya harus dihormati. Ketiga, harus mengikuti perkembangan.
"Kalau Islam saja tanpa budaya gampang tidak harus cerdas atau budaya saja tidak ada agama, mudah itu, tapi kalau dua-duanya bergabung, itu yang utuh," kata Kiai Said.
Menurutnya, sebagai ormas pengusung Islam Nusantara, NU mempunyai prinsip moderat dan toleran. Cita-citanya ingin membangun tiga solidaritas, yaitu ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia).
"Jadi tidak (ada) sedikit pun untuk radikal karena kita semua saudara," jelas kiai asal Cirebon, Jawa Barat ini.
Pada pertemuan tersebut, Kiai Said didampingi Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, Ketua PBNU H Robikin Emhas, H Eman Suryaman, Ketua Suwandi, Ketua PBNU H Sulton Fatoni, Ketua PBNU H Hanief Saha Ghafur, Bendahara Umum PBNU H Ing Bina Suhendra, Wakil Sekretaris PBNU H Masduki Baidlowi, Wakil Sekretaris PBNU Isfah Abidal Azis, dan lain-lain.Â
Sementara perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri Singapura yang berkunjung ialah Parliamentary Secretary, Ministry of Home Affairs and Ministry of Health Amrin Amin, Ambassador of Singapore to Indonesia Anil Nayar, Deputy Chief of Mission, Embassy of Singapura Jonathan Han, First Secretary (Political), Embassy of Singapore Cai Xihao, Assistant Director, Singapore Civil Defence Force Tan Jee Piau, dan Senior Manager, Ministry of Home Affairs Kristen Samivelu. (Husni Sahal/Fathoni)