Nasional

Tatiek Maliyati Berkiprah di Film Sepanjang Hayat

NU Online  Ā·  Kamis, 27 Maret 2014 | 08:00 WIB

Jakarta, NU Online
Perempuan berusia 79 tahun turun dari sedan hitam bernomor polisi B 610 TA di halaman kampus Institut Kesenian Jakarta, IKJ, Jumat akhir pekan lalu. Perempuan itu kemudian dikerubuti anak-anak muda berambut gondrong, berkaos oblong. Mereka mencium tangannya, sebagaimana santri kepada kiai di pesantren.
<>
Perempuan bernama Tatiek maliyati itu lahir di Surabaya, 10 November 1934. Di usia senjanya, meski ia harus bertongkat, masih tetap mengajar seni peran dan penulisan naskah drama di Institut Kesenian Jakarta sejak tahun 1970 sampai dengan sekarang. ā€œSaya dosen paling tua di sini,ā€ katanya.

Selain mengajar ia memberikan kursus-kursus seni peran, antara lain di Yayasan Artis Film Indonesia sejak tahun 1970-1980. Ia mengisi acara Bina Drama di TVRI tahun 1979 sampai dengan tahun 1990. Tahun 1995 sampai dengan 1999 ia menjadi anggota Lembaga Sensor Film (LSF). Kemudian tahun 1999-2002 ia menjadi ketua merangkap anggota lembaga tersebut.

Aktif di dunia perfilam ia tekuni hampir di sepanjang usianya. Tak heran, ia memperolah banyak penghargaan di bidang itu. Beberapa penghargaan telah diterimanya, yaitu Festival Film Indonesia, 1982 sebagai unggulan Penulis Skenario Terbaik dalam film Jangan Ambil Nyawaku. Piagam Penghagaan Direktorat Televisi, 19990 sebagai Penulis Skenario atas karya serial Dokter Sartika yang ditayangkan TVRI siaran tahun 1989-1990.

ā€œKarena NU mempunya niat baik, maka saya berniat baik pula untuk menerimanya,ā€ katanya ketika dia diberi tahu mendapat anugerah Hadiah Asrul Sani 2014 pada kategori Sineas Berbakti.

Lagi pula, kata dia, selain Asrul Sani itu orang NU (pernah menjadi salah seorang Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia, anggota DPR dari Partai NU) juga sebagai gurunya dalam dunia perfilman. (Abdullah Alawi)