Nasional

Tartila Harus Lebih Profesional

NU Online  ·  Rabu, 23 Januari 2013 | 00:55 WIB

Surabaya, NU Online
Jam’iyatul Qura wal Huffadz (JQH) memiliki metode membaca Al-Qur’an yang telah dipercaya masyarakat. Namanya metode “Tartila”. Namun upaya untuk mengenalkan metode ini butuh pekerjaan yang lebih serius agar kian dipercaya.
<>
Hal ini disampaikan Ketua PW JQH Jawa Timur H Zainul Arifin. Ustadz Zainul –sapaan akrabnya--, berharap pada kepemimpinannya akan mampu membawa JQH kepada pencapaian yang lebih membanggakan. 

“Ini juga harus didukung oleh semua pihak,” katanya kepada NU Online (22/1).

Organisasi yang menghimpun para qari dan qariah serta hafidh dan hafidhah ini memiliki kelebihan kepengurusan yang solid di seluruh tanah air. Apalagi untuk di Jawa Timur. Potensi ini diharapkan dapat dioptimalkan, khususnya dalam masalah administrasi dan program kerja. 

”Kita  akui, selama ini pengurus kurang bisa bersinergi dengan program kerja yang ada,” kata mahasiswa program doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Oleh karena itu, bersama kepengurusan yang baru saja dipercaya saat konferensi, alumnus Universitas Sunan Giri (Unsuri) Surabaya ini akan memperbaiki kekurangan yang ada. 

“Dengan upaya itu diharapkan kepercayaan masyarakat kepada JQH dan Tartila akan kembali pulih,” katanya.

Hal lain yang tidak dapat dihindari adalah dengan menjadikan metode pembelajaran “Tartila” lebih profesional sehingga bisa diangkat sebagai kegiatan berskala nasional. Kendala utama yang tengah dihadapi adalah karena pengelolaan metode ini masih tradisional dan kurangnya adanya sentuhan profesionalisme. 

“Kita tengah merangsang pembelajaran yang ditopang dengan marketing serta jaringan,” kata salah seorang pengurus JQH Pusat ini.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Saifullah