Jakarta, NU Online
Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Nurul Yaqin Ishaq menilai bahwa tarekat melalui spiritualitasnya yang tinggi mempunyai peran yang sangat sentral dalam membangun bangsa dan negara.Â
"Kita ini tidak cukup dengan kecerdasan intelektual, tapi juga harus dengan kecerdasan spiritual," katanya di lantai empat Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (15/1).
Kiai Yaqin pun mengutip salah satu ayat Al-Qur'an dalam Surat Al-Mujadalah. Menurutnya kata "Amanu" itu bertempat dihati dan melahirkan kecerdasan sipiritual yang tercermin dalam perilaku kehidupan manusia dan lazim disebut dengan akhlak.
"Ilmu tanpa disertai akhlak tidak sempurna," jelasnya.
Menurutnya, dalam konteks berbangsa dan bernegara, kecerdasan spiritual tersebut memunculkan tiga kesadaran:
Pertama, memunculkan kesadaran bahwa negara Indonesia itu merdeka bukan hanya didirikan oleh umat Islam, tapi juga terdapat umat agama lain. Oleh karena itu, kesadaran ini akan memunculkan apresiasi terhadap umat agama lain.
"Kita tidak dengan arogan mengklaim ini adalah semata-mata hasil perjuangan umat Islam, walaupun mayoritasnya umat Islam, bahkan para kiai, para ulama, para santri, pondok pesantren yang punya andil yang besar," katanya.
Kedua, memunculkan kesadaran bahwa bangsa Indonesia itu majemuk yang terdiri atas beragam suku, etnik, budaya bahkan agama. Menurutnya, kesadaran bahwa kita majemuk dengan sendirinya akan melahirkan sikap toleransi.Â
"Artinya kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada orang lain, begitu pula orang lain tidak bisa memaksakan kehendaknya," katanya.
Ketiga, memunculkan kesadaran teologis bahwa Tuhan berkehendak umat manusia ini berbeda-beda.
"Nah, di situlah nilai akhlakul karimah dalam konteks kebangsaan. bagaimana kita bisa menghargai perbedaan, bagaimana kita bisa menumbuhkembangkan sikap toleransi karena dengan sikap yang seperti itulah bangsa Indonesia menjadi tenteram, harmonis," terangnya. (Husni Sahal/Fathoni)