Nasional

Tanggapan PBNU soal Standardisasi Mubalig MUI

NU Online  ·  Kamis, 31 Mei 2018 | 09:50 WIB

Tanggapan PBNU soal Standardisasi Mubalig MUI

Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani

Jakarta, NU Online 
Wacana standardisasi mubalig dari MUI dengan alasan agar tidak ada lagi dakwah atau ceramah yang menghasut mendapat tanggapan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bidang Dakwah dan Masjid KH Abdul Manan Ghani mengaku tidak mempermasalahkan wacana tersebut selama alasannya untuk menghindari dakwah yang menghasut dan berisi kebencian. 

"Tidak masalah. Jadi normatif kriterianya (ceramah tidak menghasut), secara keilmuan, secara perilaku, secara akhlak," kata Kiai Manan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (31/5).

Namun demikian, Kiai Manan meminta agar standardisasi mubalig tidak dimonopoli MUI. Menurutnya, Nahdlatul Ulama juga punya standardisasi sendiri. "MUI tidak satu-satunya lembaga yang bisa memberikan standardisasi. NU juga punya standar sendiri, seperti tradisi ke-NU-an, akhlak, berilmu," kata kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu. 

Menurut Kiai Manan, kalau mengacu Rasulullah maka idealnya seorang mubalig itu ada empat, yakni shiddiq, amanah, fatonah, dan tabligh. "Dari Rasulullah ya idealnya seperti itu. Tapi kalau kayak Rasulullah kan susah juga, tapi yang penting ya berakhlak," jelasnya. 

Ia pun menjelaskan alasan ulama menjadi pewaris nabi. Menurutnya karena menyampaikan risalah, harus amanah, memberi nasihat kepada umat. Ketiganya itu disampaikan dengan sungguh-sungguh di jalan Allah (jihad fi sabilillah). 

"Saya kira sebagai mubalig perlu uswatun hasanah, teladan yang baik, dari sisi keluarga, sisi lingkungan," ucapnya. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)