Nasional

Tak Hanya Urus Organisasi, Muhyidin Juga Bangun Persaudaraan

NU Online  ·  Rabu, 11 April 2018 | 23:50 WIB

Tak Hanya Urus Organisasi, Muhyidin Juga Bangun Persaudaraan

H Muhyidin Arubusman, Sekjen PBNU 1999-2004

Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1999-2004 H Muhyidin Arubusman merupakan sosok yang begitu loyal terhadap organisasi meskipun dikenal sebagai pendiam. Tetapi, kerabat dekatnya, H Ahmad Bagja, menuturkan bahwa semua urusan organisasi dapat ia selesaikan.

“Selama bersama saya satu periode di PB PMII sebagai sekjen hampir semua urusan yang berkaitan dengan organisasi bisa diselesaikan,” katanya saat memberikan testimoni pada haul ke-1 H Muhyidin Arubusman di Masjid An-Nahdlah, gedung PBNU lantai 1, Jakarta, Rabu (11/4).

Ia juga menuturkan bahwa pria kelahiran Ende, Nusa Tenggara Timur, itu tidak pernah menolak permintaan orang lain. Permintaan maaf karena ketidakmampuannya membantu tidak pernah ia sampaikan, kata Bagja. Ia selalu berusaha untuk mengabulkannya.

“Baiklah nanti saya usahakan,” kata Bagja meniru Muhyidin.

Paling tidak, ia meminta waktu untuk dapat mengabulkannya. 

“Tunggu sebentar, saya minta waktu, nanti saudara datang lagi ke sini,” lanjut Bagja.

Dari situ, menurutnya, mantan anggota DPR itu tidak hanya mengurus organisasi, tetapi juga membangun persaudaraan.

“Dia mau naik, tetapi tidak mau menjatuhkan. Dia mau lari, tetapi dia tidak mau meninggalkan,” kenang ketua umum PB PMII 1977-1981 itu.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PB PMII 1988-1991 Abdul Kholiq Ahmad menuturkan bahwa ia terjun pada dunia politik juga terinspirasi dari Muhyidin Arubusman.

“Menurut Kak Muhiyidin itu, yang bisa merubah dengan cepat keadaan itu adalah melalui jalur politik,” ungkapnya.

Pria asli Cirebon itu juga mengatakan bahwa Muhyidin bisa ia sebut sebagai motivator. Baginya, sosok kelahiran tahun 1951 itu selalu memotivasinya dari segala arah. Terkadang, ia mendorong dari belakang, menarik dari depan, memuji untuk menjunjungnya naik, atau bahkan menekannya agar bangkit. (Syakir NF/Muiz)