Nasional

Tak Hanya Ngaji, Para Kiai Juga Punya Tanggung Jawab Kebangsaan

Ahad, 7 Agustus 2022 | 17:00 WIB

Tak Hanya Ngaji, Para Kiai Juga Punya Tanggung Jawab Kebangsaan

Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Anwar Iskandar. (Foto: Istimewa)

Cirebon, NU Online

Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Anwar Iskandar mengatakan bahwa salah satu tugas para kiai terdahulu adalah memiliki tanggung jawab kebangsaan. Tugas ini dilakukan selain dari dua tugas lain, yakni mengajar ngaji (tafaqquh fiddin) dan mengayomi umat (ri'ayatul ummah).


Hal tersebut disampaikannya dalam Pengajian Umum Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat, pada Sabtu (6/8/2022) malam.


Para kiai terdahulu, selain mengajarkan ilmu agama kepada murid atau santrinya dan memberikan layanan dalam berbagai kepentingan umat, juga menanamkan tanggung jawab kebangsaan untuk menciptakan rumah besar yang dihuni oleh anak cucu mereka, yaitu NKRI.


"Ternyata dalam sejarah, kiai-kiai zaman dulu, yang dapat kita teladani itu selain para kiai itu ngaji, melayani umat, mereka juga memikirkan tentang sebuah kemerdekaan negara," jelas Kiai Anwar.


Menurutnya, tidak ada kiai zaman dulu yang tidak ikut bergerilya melawan penjajah. Lebih jauh, tak ada kiai yang tidak ikut memikirkan tentang kemerdekaan NKRI.


Karena itu, pada zaman pra-kemerdekaan terdapat banyak perkumpulan tentara atau milisi yang diisi oleh para santri dan kiai. Di antaranya adalah Laskar Hizbullah dan Sabilillah. Mereka rela mewakafkan diri untuk sebuah kemerdekaan bangsa.

 
Resolusi Jihad dan Kiai Abbas

Kiai Anwar menjelaskan tentang Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari yang membuat Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 membakar semangat umat Islam untuk melawan sekutu. Lalu Mbah Hasyim ketika itu, tidak memulai perang melawan sekutu pada 10 November 1945 sebelum Kiai Abbas dari Buntet tiba di lokasi.


"Baru setelah Mbah Abbas datang, dimulai perang dengan seruan takbir. Takbir dulu itu perang melawan penjajah, sekutu," terang Kiai Anwar.


Hal tersebut menjadi bukti sejarah keterlibatan para kiai dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dengan kata lain, kiai-kiai terdahulu telah menunjukkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab kebangsaan.


"Pendahulu kita telah menanam sesuatu yang baik buat bangsa, negeri, dan umat ini dengan pesantrennya. Ini sudah dinikmati oleh para pendahulu dan kita telah memanfaatkan," tegas Kiai Anwar.


Ia kemudian mengingatkan santri Buntet Pesantren untuk dapat meniru para kiai pendiri dan pendahulu. Santri-santri diharapkan belajar agama yang sungguh-sungguh agar menjadi  orang alim.


Setelah itu, santri lantas mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara atau masyarakat secara umum. Terakhir, tugas berikutnya adalah tanggung jawab kebangsaan untuk menyelamatkan bangsa dan negara.


"Alhamdulillah, untuk tiga hal ini, kalau mau jujur dalam sejarah, Pondok Buntet Pesantren telah sempurna dan komplet menjalankan tugas-tugas dan mandatnya," ujar Kiai Anwar.


Sejak didirikan pada tahun 1700-an, Buntet Pesantren sudah melaksanakan tugas mengajar anak-anak umat Islam tentang akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak yang benar.


Lalu, Buntet Pesantren pun terbukti telah menjalankan tugas ri'ayatul ummah. Hal ini dibuktikan dengan digelarnya agenda haul setiap tahun, yang tidak hanya diperuntukkan bagi sesepuh dan ulamanya, tetapi juga untuk seluruh warga Buntet Pesantren.


Kemudian, para pendiri Buntet pun telah mencontohkan tentang tanggung jawab kebangsaan dengan upaya memerdekakan dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.


"Jadi komplet Buntet ini. Tafaqquh fiddin iya, ri'ayatul ummah iya, himayatuddaulah iya, tanggung jawab kebangsaan juga iya," pungkas Kiai Anwar.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin