Nasional PENULISAN KREATIF SANTRI WI-KEDUTAAN KANADA

Surat Santri untuk Presiden Baru

NU Online  ·  Senin, 14 Juli 2014 | 22:00 WIB

Jakarta, NU Online
Dibekali teori dan wawasan seputar penulisan kreatif, 22 santri hasil seleksi dari pesantren-pesantren di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Banten, diminta praktik menulis surat untuk presiden baru.
<>
“Mereka menulis harapan dan pandangan mereka sebagai santri kepada presiden baru. Gaya dan panjang-pendeknya halaman kita serahkan ke mereka. Karya mereka itu didiskusikan bersama dan disempurnakan,” terang Alamsyah M. Dja’far, Program Officer the Wahid Institute, Sabtu siang (13/7) di Jakarta.

Ditambahkan Ahmad Nurcholis, fasilitator kegiatan dua hari ini, tulisan mereka itu juga akan dipublikasi di website resmi WI www.wahidinstitute.org dan dibukukan. Hasilnya akan disampaikan kepada presiden baru yang akan dilantik Oktober mendatang.

“Di Negara kita ini, Indonesia masih banyak permasalah yang mencekik rakyat secara perlahan. Mulai dari produktivitas ekonomi yang anjlok. Angka kemiskinan semakin hari semakin parah,” tulis Mohammad Fahminuddin santri asal As-Sa’adah Banten.

Syifa fauziah, santri kelas tiga Pesantren Al-Falak Bogor menyorot soal pentingnya pengembangan sumber daya manusia. “Saya berharap bapak menjadi pemimpin yang mampu mengembangkan SDM. Saya tidak ingin Bapak menjadi seorang penguasa. Kata KH Abdurrahman Wahid, pemimpin dan penguasa adalah dua hal berbeda,” katanya dalam surat.

Soal menjaga keragaman juga mendapat sorotan. “Saya sadar menjadi Presiden di Republik ini bukanlah hal yang mudah dengan keberagaman agama, suku, adat, bahasa, dan budaya. Tapi saya meyakini bahwa semua perbedaan itu bukanlah penbghambat. Malah itu menjadi suatu suatu penguatan persatuan, dalam agama yang saya anut, perbedaan adalah rahmat,” kata Syifa Husnul Ummah dari Pesantren Qathratul Falah.        

Praktik menulis ini merupakan satu rangkaian dalam Pelatihan Penulisan Kreatif
santri se-jabodetabek bertajuk “Pesantren untuk Peradaban Dunia”. Pelatihan digelar The Wahid Institute bekerjasam dengan Kedutaan Kanada, pada Sabtu – Minggu (12-13/07) di Jakarta.

Kegiatan ini melibatkan perwakilan santri dari Pesantren Ashidiqiyah Jakarta Barat, Pesantren Tapak Sunan Jakarta Timur, Pesantren Motivasi Nurul Mukhlisin Bekasi, Pesantren Al-Falak Pagentongan Bogor, Al-Inayah Bogor, Miftahul Huda Tangerang, Qatrathul Falah Banten, As-Saa’dah Banten, dan Malnu Menes Banten.

Sepanjang dua hari mereka berdiskusi dan mendapat motivasi dari sejumlah ahli seputar pesantren dan dunia penulisan: Direktur WI Yenny Zannuba Wahid, Sekretaris Kedua Bidang Politik dan Hubungan Masyarakat kedutaan Kanada Huy Nguyen, sastrawan AS Laksana dan Acep Zamzam Noor, dewan redaksi majalah sastra Surah dan redaktur NU Online, dan pendiri Menara Hati International M. Najmi AF.

Dalam sambutan dan motivasinya, Yenny Wahid menegaskan pentingnya kontribusi santri mengembangkan sikap kerterbukaan dan mempromosikan wajah Islam yang damai.

“Untuk menjadi orang hebat seperti Gus Dur misalnya, hanya bisa dilakukan dengan pikiran dan sikap yang terbuka terhadap setiap gagasan dan informasi dari manapun. Jangan mudah menutup diri. Gus Dur banyak membaca buku dari Timur dan Barat. Setelah itu baru mencerna dan mengnalisis informasi dan gagasan tersebut. Dengan sikap ini, kita sangat bisa berkontribusi bagi dunia. Di samping itu modal utama menjadi santri yang hebat di bidang penulisan adalah semangat dan pantang menyerah,” tandasnya.

Semangat itu, kata Yenny, yang membuat dirinya lolos seleksi dan menjadi wartawan The Sydney Morning Herald and The Age. Sebagai wartawan harian ini ia banyak meliput wilayah konflik di Indonesia. Ia juga berhasil mewawancari Xanana Gusmao, kini Perdana Menteri Timor Leste, saat menjadi tahanan pemerintah Indonesia di era tahun 90-an. Hasil liputannya pernah diganjar penghargaan. “Modalnya semangat dan pantang menyerah,” ungkapnya lagi.

Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren banyak melahirkan tokoh di bidang penulisan yang levelnya mendunia. Selain KH. Abdurrahman Wahid, ada Mahbub Djunaidi, putera Betawi yang kesohor sebagai penulis esai yang andal, lincah, dan jenaka. Di dunia sastra, ada sejumlah tokoh seperti KH. Mustofa Bisri asal Rembang, KH Dzawawi Imron dari Madura, Acep Zamzam Noor dari Cipasung.

“Pesantren telah memainkan peran penting bagi dunia dalam mengembangkan Islam rahmatan lil alamin,” kata Nguyen dalam sambutannya. [Red: Abdullah Alawi]