Nasional

Sujiwo Tejo Tak Setuju Ada ‘Pencipta’ Lagu

NU Online  ·  Sabtu, 29 Juli 2017 | 16:16 WIB

Jakarta, NU Online 
Sujiwo Tejo menyebut bahasa Indonesia kurang relijius dalam penggunaan istilah “pencipta” yang disandarkan kepada pengarang lagu. Bagi Presiden Jancuker tersebut, “pencipta” hanya layak disandarakan dan milik Tuhan. Sementara ia lebih setuju komposer. 

“Prinsipnya bukan pencipta lagu, karena saya Pancasilais, bagi saya pencipta hanya Tuhan,” katanya saat tampil Silaturahim Kebudayaan bertema “Meneguhkan Kebudayaan, Memperkuat Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia” yang digelar Lesbumi PBNU di gedung PBNU, Jumat (28/7). 

Ia mempercayai bahwa lagu-lagu itu sudah diciptakan Tuhan dan bertebaran di alam semesta. Kemudian manusia yang mengambil atau memetiknya.

“Manusia yang berkesempatan,” katanya sambil mukanya menengadah ke langit-langit lantai delapan PBNU, sementara tangan kanannya melakukan gerakan seolah-olah memetik sesuatu.

Pria kelahiran Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962 menambahkan, hukum-hukum dan rumus-rumus seperti termodinamika sudah ada di alam semsta. Orang Barat melihat itu sebagai “penemu”. Orang Indonesia menyebutnya pencipta. 

“Bagi saya, kalau kita Pancasilais, enggak  ada penciptaan,” ungkap pria yang lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kemudian pada kegiatan yang dihadiri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua Lesbumi KH Agoes  Sunyoto, Ketua Umum Persatuan Purnawiran Warakawuri TNI/Polri (Pepabri) Agum Gumelar, budayawan KGPH Puger, dan pemerhati budaya Harry Tjan Silalahi, itu ia menyanyikan dua lagu. 

“Saya kompos tahun 98, saya pikir, orang Jawa tak mengerti tidak apa-apa karena saya ingin menawarkan bahasa sebagai bunyi. Bukan untuk sombong, lagu itu mendapat pengharagaan MTV Asia,” jelasnya. (Abdullah Alawi)