Nasional

Staf Khusus Presiden: Usaha, Doa dan Sedekah Harus Ekstrem

Sel, 18 Februari 2020 | 15:00 WIB

Staf Khusus Presiden: Usaha, Doa dan Sedekah Harus Ekstrem

Adamas Belva Syah Devara hadir dalam acara Inspirasi Nasional (Ipnas) di Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto. (Foto: NU Online/Syaiful Alfuat),

Mojokerto, NU Online
Ribuan santriwan dan santriwati Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) Amanatul Ummah Pacet, Mojokerto, Jawa Timur terlihat tidak sabar menanti kedatangan salah seorang staf khusus Presiden Joko Widodo, Adamas Belva Syah Devara. 
 
Adamas Belva Syah Devara hadir dalam acara Inspirasi Nasional (Ipnas), Senin (17/2) untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada para santri. Acara ini dibuka Pengasuh Pesantren Amanatul Ummah, KH Asep Saifuddin Chalim di guest house Institute KH Abdul Chalim. 
 
Ipnas merupakan salah satu dari serangkaian acara MBI Big Fair 11 dengan menghadirkan Belva, sapaan akrabnya, karena melihat usia yang masih relatif muda namun memiliki prestasi yang cemerlang dan berdampak bagi masyarakat. 
 
Dirinya berhasil memimpin sebuah perusahaan startup teknologi asal Indonesia yang berfokus pada pendidikan. Selain itu, sekarang ia juga memiliki peran ganda sebagai staf khusus millenial Presiden Joko Widodo.
 
Ipnas yang dipimpin Faris Hadiningrat dan Ella Jayahuda sebagai moderator berlangsung menarik. Belva pun berbagi beragai pengalaman sejak di bangku SMA hingga dapat berhasil kuliah di berbagai kampus di luar negeri dalam waktu bersamaan.
 
“Keberhasilan dalam diri saya sangat dipengaruhi oleh 3 hal, usaha ekstrem, doa ekstrem dan sedekah ekstrem,” ungkap Belva.
 
Selanjutnya, CEO Ruang Guru ini juga menjelaskan bahwa setiap kali akan menjalani ujian, maka ibunya mencari mushala terdekat dengan tempat ujian Belva dan akan melaksanakan shalat hajat di setiap pelajaran yang diujikan.
 
Sosok pemuda yang dulunya aktif berorganisasi dan berhasil menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Presiden Jakarta juga dinobatkan sebagai siswa berprestasi. 
 
“Mas Belva ini Ketua OSIS dan juga peringkat pertama di kelas,” kata moderator, Ella. Sontak tepuk tangan peserta bergemuruh baik yang ada di dalam maupun luar ruangan.
 
Otomatis hal tersebut menjadi teladan yang menarik bagi santri MBI yang digembleng untuk getol berorganisasi tapi secara akademik juga tetap berprestasi. 
 
“Jadi begini, kalau saya pertama harus manajemen energi, bukan menejemen waktu, Karena waktu itu setiap harinya sama, 24 jam. Sedangkan energi yang kita miliki bisa saja naik turun. Lalu list apa saja yang akan kalian lakukan,” kata Belva berbagi tips.
 
Belva menambahkan tipsnya, setiap santri harus memiliki goal dan lakukan usaha tanpa kompromi. Yang tidak kalah penting, setiap santri harus mencintai apa yang dilakukan dan apa saja yang dipelajari. Dengan rasa suka semua yang dipelajari akan terasa mudah.
 
Dengan segudang prestasi yang berhasil diraih, Belva tidak ingin merasa pintar. “Kegagalan terbesar saya adalah ketika saya merasa pintar,” pungkasnya.
 
Selain Ipnas, terdapat 3  serangkaian acara yang diselenggarakan dari Sabtu hingga Senin, yakni bedah buku yang diisi Khilma Anis, penulis buku Hati Suhita.

Selain bedah buku, panitia juga menyelenggarakan East Java Leadership Camp (EJLC) sebagai ajang kaderisasi calon pemimpin bangsa dengan menghadirkan pengurus OSIS tingkat MTs/SMP sederajat se-Jatim.
 
Pada kegiatan tersebut juga digelar seminar kepemimpinan dan berbagai game yang dapat melatih atau menumbuhkan jiwa pemimpin dan berorganisasi.
 
 
Kontributor: Syaiful Alfuat
Editor: Ibnu Nawawi