Nasional

Soal Menurunnya Pembacaan Kitab Kuning, Pesantren Perlu Terapkan 2 Sistem

NU Online  ·  Kamis, 14 April 2016 | 08:01 WIB

Soal Menurunnya Pembacaan Kitab Kuning, Pesantren Perlu Terapkan 2 Sistem

KH Masykuri Abdillah

Jakarta, NU Online
Menanggapi adanya penilaian tentang menurunnya kitab kuning yang diajarkan di pesantren, Rais Syuriyah PBNU KH Masykuri Abdillah menilai kondisi itu harus dipilah-pilah. Yang pertama adalah dari sisi jumlah siswa dan sistem. 

“Saya mendapatkan infomasi bahwa sejumlah pesantren besar ada juga yang tidak menerapkan secara ketat kemampuan anak Aliyah misalnya, untuk membaca kitab kuning. Ini alasannya karena yang diterima masuk ada yang dari SMP, ada dari Tsanawiyah Negeri yang tidak punya latar belakang kitab kuning. Ini sangat disayangkan. Alasannya kalau tidak menerima siswa dari sekolah negeri atau siswa di luar pesantren, akan kurang siswanya. Itu yang menyedihkan,” kata Masykuri kepada NU Online, Rabu (13/4). 

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menilai, sebenarnya akan lebih baik apabila pesantren menerapkan dua kurikulum, yaitu kurikulum yang tetap mempertahankan karakteristik pesantren, dan kurikulum umum untuk mengakomodir siswa yang tidak berasal dari pesantren.

"Penerapan dua kurikulum itu juga sudah sejak dulu dilakukan di beberapa pesantren. Misalnya Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak yang sejak tahun 1970-an sudah membuka Tsanawiyah pesantren, di samping kurikulum umum. Bila ini diterapkan di banyak pesantren, akan menjadi salah satu solusi untuk mempertahankan pengajaran dan kemampuan membaca kitab kuning," jelas pria kelahiran Kendal Jawa Tengah 58 tahun lalu ini.

Pemilahan kedua adalah dari sisi kitab yang dibaca. Masykuri menganggap sebenarnya dari dulu juga tidak banyak, terutama yang diajarkan di pesantren kepada santri. Jika ada kitab lebih banyak itu yang dibaca oleh kiainya agar mempunyai wawasan yang luas dalam mengajar santri. Masykuri percaya saat ini jumlah pembaca kitab kuning dan jumlah kitab kuning yang dipelajari masih banyak.

Terkait rencana Menag yang akan mengafirmasi pesantren untuk lebih aktif lagi mengajarkan kitab kuning, Masykuri berpendapat hal itu sebagai sesuatu yang memang harus dilakukan, termasuk menyediakan buku-bukunya.

Menurut pria yang juga mantan salah satu Ketua PBNU ini, yang juga penting dikenalkan adalah adanya kitab putih. Dalam kitab putih yang dalam penulisannya sudah ada titik koma, ditulis oleh para penulis pada zaman sekarang. Kitab putih sangat baik diajarkan karena di dalamnya ada argumentasi yang lebih meyakinkan, ada kutipan dari Al-Quran dan hadits, sesuatu yang kadang tidak ada dalam kitab kuning yang langsung menguraikan pendapat ulama. 

“Sehingga kitab kuning dan kitab putih, perlu dibaca semuanya,” tandas Masykuri. (Kendi Setiawan/Fathoni)