Depok, NU Online
Pada sesi ketiga Seminar Keteladanan Dr (HC) KH Ahmad Hasyim Muzadi tentang Keislaman, Keilmuan, dan Ketasawufan, Ahad (18/11) di Pondok Pesantren al-Hikam Depok, Jawa Barat, giliran Hilmy Ash-Shidqi Al-Aroqy membahas tentang keseimbangan intelektual dan spiritual Hasyim Muzadi. Ia mengawalinya dengan ajaran keikhlasan yang diajarkan almarhum.
“Keikhlasan itu sesuatu yang tak nampak, dan tidak boleh ditampakkan sekalipun akan tampak hasilnya dari keikhlasan itu," katanya.
Keikhlasan itu, kata Hilmy berdasarkan pada rukun agama yaitu iman, Islam, dan ikhsan. Iman menurutnya berbicara mengenai aqidah. Ilmunya bernama tauhid. Sedangkan islam, membahas tentang syariat, fiqih menjadi ilmu yang dipelajari. Ikhsan sebagai puncak rukun agama itu menekankan pada akhlak. Tasawuf menjadi puncak ajarannya.
“Tasawuf adalah suatu ilmu untuk mendapatkan kejernihan hati. Dalam kata lain, untuk menghadirkan keikhlasan,” katanya.
Bertasawuf menurutnya diperlukan ilmu dan guru. Almarhum menurutnya mempelajari ilmu tasawuf melalui kitab Ihya Ulumudin karangan Imam Al Ghazali dan kitab Al Hikam karya Ibnu Athoillah.
“Di dalam kedua kitab itu menekankan keseimbangan antara pikir dan dzikir, ilmu dan amal, intelektual dan spiritual. Usaha adalah doa lahir, sedangkan doa adalah usaha batin," terangnya.
Sedangkan gurunya, menurut Hilmy, yaitu KH Abdullah Faqih Langitan, KH Anwar, Mbah Sodiq dan Mbah Soleh atau yang dikenal dengan Mbah Soim Timah. Mereaka merupakan Mursyid Qadiriyah Naqsabandiyah dan Syadziliyah.
Laku sufi dari Kiai Hasyim Muzadi lainnya yaitu pemahaman tentang zuhud. Diceritakan oleh Hilmy, zuhud tidak mencintai dunia di dalam hati kita. Hati kita hanya diisi oleh cinta kepada Allah Swt.
“Jika ada harta di sisimu, tidak mempengaruhi kecintaan kepada Allah. Hasyim Muzadi merupakan sufi yang agamis, organisatoris, humanis, humoris. (M. Ilhamul Qolbi/Kendi Setiawan)