Nasional

Sisi Menarik KH Hasyim Asy'ari: Melawan Kemaksiatan hingga Konsolidasi untuk Palestina

Ahad, 5 November 2023 | 17:00 WIB

Sisi Menarik KH Hasyim Asy'ari: Melawan Kemaksiatan hingga Konsolidasi untuk Palestina

Gus Kikin (tengah) diapit Gus Muwafiq Yogyakarta dan Gus Yai Ciganjur. (Foto: Dok Panitia)

Sleman, NU Online 
Berbagai sisi menarik dan inspiratif dari Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari diungkap di dalam Forum Kajian bertajuk Mengenal Sosok Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia di Pesantren Minggir, Sleman, DI Yogyakarta, pada Sabtu (4/11/2023) kemarin.


Forum ini menghadirkan tiga pembicara yakni Pengasuh Pesantren Minggir KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq), Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang KH Abdul Hakim Machfudz (Kiai Kikin), dan Sejarawan Aguk Irawan MN.


Ketiga pembicara ini mengangkat sisi menarik Kiai Hasyim Asy'ari yang alim dan berani, mampu berdakwah melawan kemaksiatan, hingga mampu melakukan konsolidasi untuk membantu kemerdekaan rakyat Palestina.


Pengasuh Pesantren Minggir Sleman Gus Muwafiq mengatakan, saat ini sudah sangat sulit untuk menemukan sosok seperti KH Hasyim Asy'ari. Menurutnya, sosok seperti Kiai Hasyim Asy'ari merupakan ulama kharismatik yang sangat sulit dijumpai di era mana pun.


Alim dan berani
Gus Muwafiq menjelaskan bahwa Kiai Hasyim Asy'ari merupakan sosok yang di dalam dirinya terdapat penggabungan antara luasnya pengetahuan pada keilmuan agama, keberanian menghadapi tantangan, dan persisten atau gigih pada tujuan. Inilah kombinasi yang susah ditemukan dalam sosok yang lain.


“Susah mengulangi memiliki ulama seperti beliau, karena selain beliau menguasai ilmu yang sangat luas, keberanian dan kerasnya beliau pada dirinya sendiri itu susah sekali ditemukan,” ujar Gus Muwafiq dalam forum tersebut, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima NU Online pada Sabtu (5/11/2023) hari ini.


Kiai Hasyim Asy'ari, lanjut Gus Muwafiq, merupakan sosok ulama yang sangat alim sehingga menyandang gelar Hadrastussyekh.


Berdasarkan catatan di situs Tebuireng Online, terdapat 25 kitab karya Kiai Hasyim Asy'ari berbahasa Arab baik yang membahas kajian fiqih, tasawuf, adab, dan disiplin ilmu lain.


Jumlah tersebut belum termasuk artikel yang dimuat di koran dan majalah pada zaman itu, seperti di Majalah Nahdlatul Ulama, Panji Masyarakat, dan Swara Nahdlatul Ulama.


Selain alim, Gus Muwafiq menyebut sosok Kiai Hasyim Asy’ari sebagai pribadi yang memiliki keberanian dalam mengambil risiko atas pilihan perjuangannya yang akan menimpa dirinya secara langsung.


“Beliau tidak hanya alim, tapi juga sangat berani pada risiko perjuangan,” lanjutnya.


Sifat lain yang melekat pada sosok Kiai Hasyim Asy'ari adalah keuletan dalam melakukan tirakat. Perpaduan dari sifat-sifat inilah, kata Gus Muwafiq, yang tidak mudah ditemukan di masa-masa yang lain.


Dakwah melawan kemaksiatan
Sementara itu, Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang KH Abdul Hakim Machfudz (Gus Kikin) mengisahkan perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng yang sangat menantang pada tahun 1889.


Sebab sejak awal didirikan, posisi Pesantren Tebuireng bersebelahan dengan Pabrik Gula Cukir milik Belanda yang dikelilingi banyak kemaksiatan.


Pemilihan lokasi yang berdekatan dengan pusat lokasi kemaksiatan itu membuat pendirian Pesantren Tebuireng mengalami banyak tantangan, baik dari mental karena difitnah maupun fisik lantaran mendapat ancaman penyerangan dan pembunuhan.


“Oleh karena itu, dulu, pondok kan masih terbuat dari bambu, para santri tidak berani tidur dekat dengan dinding karena takut ditusuk dari luar oleh orang-orang yang tidak suka dengan dakwah KH Hasyim Asy’ari,” ujarnya.


Lebih lanjut, Gus Kikin menjelaskan bahwa dakwah dan perjuangan Kiai Hasyim Asy’ari tak hanya dilakukan di dalam pesantren. Misalnya Kiai Hasyim meliburkan aktivitas mengaji dengan para santri di Tebuireng setiap Selasa. Sebab pada hari itu, Kiai Hasyim memilih untuk mendatangi masyarakat dan membuat pengajian langsung bersama warga.


“Makanya setiap Selasa, ngaji di pondok libur, dan beliau memilih untuk menggelar pengajian kecil di kampung-kampung. Kitab yang dikaji adalah kitab-kitab kecil yang praktis dan diperlukan di masyarakat,” ujar Gus Kikin.


Gus Kikin juga menyinggung perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam berbagai lipatan sejarah Indonesia. Menurutnya, Kiai Hasyim tidak pernah absen dalam memperjuangkan agama dan bangsa.


Ia mencontohkan perjuangan Kiai Hasyim dalam melakukan konsolidasi umat Islam untuk melawan penjajah baik di era Belanda dan Jepang. Hal itu dibuktikan dengan dikeluarkannya fatwa jihad yang menyeru umat Islam untuk bersatu melawan penjajah yang kembali untuk menjajah Indonesia.


Konsolidasi untuk Palestina
Sejarawan Aguk Irawan mengungkap perjuangan-perjuangan Kiai Hasyim Asy’ari dalam mengonsolidasi kekuatan umat Islam Indonesia untuk mendukung perjuangan Rakyat Palestina. Salah satunya dengan cara mengumpulkan dana.


“KH Hasyim mengajak umat Islam untuk mengumpulkan dana yang diberikan kepada Rakyat Palestina melalui Palestina Fons (Dana Palestina) dan Majelis Rajabiyah, dimulai tanggal 19 Ramadhan 1356 H atau 23 November 1937,” jelas Aguk.


Ia menerangkan, hal itu dilakukan Kiai Hasyim Asy'ari dengan mengonsolidasikan puluhan organisasi Islam di Indonesia.


“Hasilnya, waktu itu sekitar 600 ribu gulden berhasil dikumpulkan dan dikirimkan ke Palestina untuk perjuangan umat Islam di sana,” kata Aguk.


Ia juga mengungkap langkah strategis Kiai Hasyim Asy’ari yang secara cerdik membaca peluang dari konflik dunia (Perang Dunia II dan di kawasan Asia dikenal Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik) untuk melepaskan Indonesia dari jajahan Belanda.


Sejumlah langkah strategis dan taktis diambil Kiai Hasyim Asy'ari untuk mengakhiri penjajahan di Indonesia, termasuk dengan mengeluarkan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang difatwakan lalu didukung seluruh organisasi masyarakat Islam di luar NU.


“Maka benar jika Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari disebut sebagai inisiator kemerdekaan Indonesia dan pemersatu umat Islam,” kata Aguk.


Sebagai informasi, Forum Kajian yang membahas Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari ini diinisiasi oleh Pesantren Minggir Sleman, Pesantren Tebuireng Jombang, dan Podcast Swara NU.


Berdasarkan laporan panitia, forum ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta. Para peserta yang semula diharapkan dari kalangan mahasiswa dan anak muda NU, juga lebih dari ekspektasi. Beberapa peserta yang hadir adalah ibu-ibu dan bapak-bapak usia sekitar 50 tahun yang antusias hadir sejak awal untuk mengikuti kajian.


Beberapa ibu yang hadir sejak pukul 13.00 WIB mengaku berasal dari daerah sekitar Pondok Minggir, dan sebagian lain berasal dari Bantul Yogyakarta. Sejumlah bapak-bapak yang hadir terlambat sehingga terpaksa tidak dapat masuk ke dalam pendopo karena tempat yang disediakan telah penuh.


Para peserta yang mengikuti kegiatan secara online juga tak kalah banyak. Ribuan peserta terpantau mengikuti kajian ini secara online melalui akun YouTube Gus Muwafiq Channel. Moderator Jannur Hayya pun memberikan kesempatan dan membacakan pertanyaan dari peserta online untuk para pembicara.


Ketua Panitia Nurul Fatchiati mengaku sangat bahagia dengan kesuksesan acara tersebut. Kegiatan forum kajian yang mengangkat sosok Kiai Hasyim Asy'ari ini sangat penting untuk menginspirasi banyak orang, terutama generasi muda.


“Kegiatan kajian seperti ini penting untuk dilakukan, agar sosok Mbah Hasyim Asy’ari menginspirasi lebih banyak orang, terutama generasi muda, untuk melakukan dakwah Islam dan perjuangan untuk kemanusiaan,” pungkas Nurul.