Nasional

Siberkreasi Ajak Santri Lawan Hoaks dan Radikalisme Online di Media Sosial

NU Online  ·  Sabtu, 17 Februari 2018 | 16:01 WIB

Jakarta, NU Online
Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi kembali mengajak kaum muda memaksimalkan manfaat media sosial untuk memproduksi konten positif. Saat ini, lingkungan pesantren merupakan salah satu yang paling rentan menjadi sasaran radikalisme online.

Hasil survei Wahid Institute tentang radikalisme di Indonesia menunjukkan, ada sekitar 0,4 persen penduduk Indonesia atau sekitar 600 ribu orang yang telah melakukan tindakan radikal di Indonesia. Yang tidak kalah penting, dari jumlah responden di atas 17 tahun, ada sekitar 7,7persen dari total jumlah penduduk Indonesia atau 11 juta orang yang berpotensi melakukan tindakan radikal.

Hal ini perlu menjadi perhatian serius mengingat sasaran radikalisme online adalah kaum muda, para digital native yang sehari-hari bergaul di dunia maya. Untuk melawan konten-konten negatif termasuk penyebaran paham radikalisme secara online, Siberkreasi bergerak mengajak para pelajar, terutama santri untuk memaksimalkan manfaat media sosial, blog, dan platform online lainnya.

Dialog terbuka bertema Peran Pelajar dalam Menangkal Hoaks dan Optimalisasi Pemanfaatan Media Sosial di Festival Literasi Digital Pesantren di Taman Pendidikan Wahid Hasyim Surabaya, Sabtu (17/2), menyoroti pentingnya peran pelajar, terutama santri dalam menangkal beredarnya hoaks yang mengancam persatuan dan kebhinekaan bangsa.

Acara ini dihadiri oleh lebih dari 800 pelajar dari Pondok Pesantren Amanatul Ummah Kabupaten Mojokerto dan pelajar dari sekolah-sekolah di sekitarnya. Selain menyimak dialog, para peserta juga mengikuti serangkaian workshop konten positif, di antaranya workshop membuat poster dan meme, workshop smartphone cinematography, workshop menulis blog, workshop syiar online dan workshop UMKM online.

Ketua Umum Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama (IPPNU) Puti Hasni menyampaikan, IPPNU sudah melakukan berbagai aktivitas untuk membentengi pelajar perempuan NU khususnya untuk dapat membedakan mana berita hoaks dan bukan.

"Para santri kini bisa menyampaikan informasi positif bahkan untuk syiar," kata Puti.

Heri Munajib dari Masyarakat AntiFitnah Indonesia (Mafindo) juga mengajak pelajar untuk lebih jeli dalam mengenali ciri-ciri berita hoaks atau berita bohong, serta ujaran kebencian di media sosial.

Tidak hanya itu, para pelajar juga bisa berperan menjadi pengajar bagi orang tua atau generasi tua agar lebih bijak menggunakan sosial media, tidak mudah terpancing berita, serta tidak mudah membagikan berita yang belum terbukti kebenarannya.

Sementara itu, Chairul Afif, Staf Sosialisasi dan Komunikasi Pengelola Nama Domain Indonesia (Pandi) mengajak para pelajar kembali memanfaatkan platform blog lewat inovasi blog dengan nama domain my.id.

"Popularitas media sosial saat ini sangat tinggi dan ada penurunan jumlah blogger aktif. Sebagai blogger pemula, pelajar atau mahasiswa bisa memanfaatkan platform my.id. yang gratis. Kapasitasnya mencapai 500 MB dan menggunakan wordpress sebagai software yg sudah terbukti andal menjadikan my.id pilihan yang menarik untuk blogger pemula," kata Chairul.

Masalah utama blogger pemula adalah konsistensi dan miskin konten. Chairul mengatakan, hal ini bisa diatasi dengan rutin menulis, misalnya satu tulisan dalam satu pekan.

"Materi yang menarik untuk diolah para santri misalnya tentang materi pengajian minggu ini atau isi khotbah jumat. Bisa juga pengalaman spiritual Anda ketika shalat tahajud dan lainnya. Jika konten positif bertebaran di internet maka, saya yakin konten tersebut dapat membawa manfaat kepada masyarakat," tegas Chairul.

Hingga saat ini, sudah ada sekitar 40ribu akun blog individu dengan domain yang sebagian besar menggunakan domain web.id. Pandi menerapkan aturan pendaftaran domain dengan identitas dengan maksud semua domain .id dapat teridentifikasi pendaftarnya. Biasanya pengguna yang teridentifikasi tidak melakukan perbuatan melanggar hukum.

Seusai dialog, Wakil Ketua Umum Siberkreasi Indriyatno Banyumurti juga mengajak para peserta untuk turut memilih Siberkreasi yang menjadi salah satu nominator inisiatif di bidang TIK dalam ajang penghargaan tahunan WSIS Prize 2018.

Nominasi tahunan anugerah World Summit on the Information Society (WSIS Prizes) ini diselenggarakan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 2012. Pada WSIS Prizes 2016 ada 3 (tiga) nominator dari Indonesia yang menghasilkan 1 Champion (Juara Kedua), sedangkan pada WSIS Prizes 2017 terdapat 18 inisiatif Indonesia yang menghasilkan 1 Winner (Juara Pertama) dan 4 Champion.

Tahun ini ada 17 inisiatif perwakilan dari Indonesia yang masuk dalam daftar nominasi, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi masuk dalam kategori 1, yang memiliki 40 nominator. Anda juga bisa ikut berpartisipasi mendukung Indonesia dalam penghargaan ini sebelum 18 Februari 2018 waktu Jenewa.

Cara Melakukan Voting:
1. Masuk ke situs http://s.id/pilihindonesia lalu pilih opsi "vote".

2. Log in (atau buatlah akun terlebih dahulu bila belum memilikinya).

3. Pilih satu per satu kategori yang ada dan klik "vote for this project" (Perhatian: Pastikan benar project yang memang Anda ingin vote sebelum melakukan klik "vote for this project").

4. Agar vote Anda sah dan dapat/berhak dihitung, maka Anda harus tuntas melakukan vote satu per satu untuk seluruh 18 (delapan belas) kategori yang ada.

5. Khusus untuk kategori nomor 1, 2, 3, 4, 10, 11, 13, 16 sangat direkomendasikan Anda vote salah satu inisiatif Indonesia. Siberkreasi ada di Kategori 1.

6. Setelah Anda melakukan vote ke seluruh 18 kategori maka di web akan muncul tulisan "WSIS Prizes 2018 – Voting Complete".

7. Vote Anda ditunggu hingga paling lambat tanggal 18 Februari 2018!

8. Info fase berikutnya, silakan baca www.itu.int/net4/wsis/prizes/2018. (Red Alhafiz K)