Nasional

Sering Korbankan Rakyat, Gus Yahya Sindir Negara atas Kasus Sengketa Lahan

NU Online  ·  Selasa, 6 Maret 2018 | 09:00 WIB

Sering Korbankan Rakyat, Gus Yahya Sindir Negara atas Kasus Sengketa Lahan

KH Yahya Cholil Staquf.

Jakarta, NU Online
Katib ‘Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf membeberkan persoalan sengketa Sumber Daya Alam (SDA) yang sering terjadi di Indonesia.

Ia menyebut beberapa titik sengketa SDA yang terjadi di Indonesia mulai dari Papua sampai Aceh. Di Jawa sendiri, sengketa SDA terjadi di Banyuwangi, Pasuruan, Rembang, Pati, Purworejo, Kebumen, Kerawang, Yogyakarta.

“Itu banyak titik panas dalam sengketa Sumber Daya Alam ini,” katanya di Gedung PBNU, Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (5/3).

Ia memandang, dalam setiap kasus yang terjadi, negara selalu bersengketa dengan rakyat. Negara dengan segala kekuasaan dan instrumen yang dimilikinya menekan rakyat.

“Ini terjadi di semua kasus,” jelas pria yang karib disapa Gus Yahya ini.

Menurutnya, siapapun yang mencintai bangsa dan negara Indonesia tidak akan rela membiarkan negara terus-menerus menekan rakyatnya.

“Kita semua seluruh bangsa Indonesia berfikir untuk mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah ini,” ujarnya.
Indonesia sangat berpotensi menjadi salah satu negara kaya karena memiliki SDA yang melimpah, yang mewujudkannya dengan mengambilnya, tapi ia tidak ingin dalam mengambil SDA sampai mengorbankan rakyat.

“Tapi dengan cara apa, kekayaan itu untuk siapa, apa gunanya negara mengambil kekayaan bumi dengan mengorbankan rakyatnya,” katanya.

Oleh karena itu, menurutnya, para pihak harus melakukan pembicaraan yang jujur dan terbuka secara nasional dalam pengambilan SDA. 

“Kita tidak perlu membiarkan para pemegang modal, apakah itu atas nama negara atau atas nama swasta bermain seliputan dari hadapan publik untuk mengangkangi sumber daya-sumber daya itu. Apapaun alasanya. Ini harus dibicarakan secara terbuka oleh seluruh bangsa,” tegasnya.

Dalam pengambilan SDA, Ia berharap ada sebuah norma yang menjadi konsensus nasional supaya tidak terjadi lagi penganiaian terhadap rakyat seperti yang dialami Kiai Nur Aziz dan Sutrisno Rusmin, petani asal Surokonto, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ini. (Husni Sahal/Fathoni)