Nasional

Sedikit Sedikit Bid'ah, Kapan Tambah Ibadah?

NU Online  ·  Senin, 30 November 2015 | 04:10 WIB

Pringsewu, NU Online
Dalam berdakwah menyebarkan agama Islam di Nusantara, para ulama terdahulu menggunakan metode yang sangat jitu dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat sehingga mudah diterima.
<>
"Metode ini bagus dan sudah teruji kebaikannya dan tugas kita sekarang adalah mengamalkan," tegas Kiai Muhammad Hafidz pada Ngaji Ahad (Jihad) Pagi di Gedung NU Kabupaten Pringsewu, Lampung, Ahad (29/11/15).

Kiai Hafidz menambahkan bahwa metode Wali Songo dan ulama Nahdlatul Ulama lebih berprinsip kepada penyelamatan umat dengan mengamalkan hal-hal yang ringan-ringan serta tidak menyalah-nyalahkan budaya yang ada.

"Beda dengan zaman sekarang, yang dengan mudahnya kelompok tertentu menyalahkan amaliyah-amaliyah warisan para ulama terdahulu. Sedikit sedikit haram, sedikit sedikit bid’ah. Sampai membaca Qur’an, shalawat, tahlil semua disalahkan," terangnya.

Ia mengatakan bahwa orang yang gampang membid’ahkan sama saja menghalangi orang lain untuk memperbanyak ibadah, termasuk mengamalkan al-Qur’an. "Kalau semua tidak diperbolehkan lalu amalannya mau apa?" tanyanya heran.

Oleh karena itu pengajar di Pondok Pesantren Nurul Ulum Tulungagung Pringsewu ini mengajak semua muslim untuk senantiasa menggunakan pola pola dakwah yang tidak kaku dan dapat dengan baik diterima orang lain. (Muhammad Faizin/Mahbib)