Jakarta, NU Online
Sebutan “TBC” yang digunakan untuk menyebut penyakit Tuberkulosis menimbulkan kesan negatif di tengah masyarakat. Ketika mendengar sebutan “TBC”, masyarakat mengasosiasikan penderitanya dengan kemiskinan, kumuh, jorok, dan lain-lain.
<>
Demikian diungkapkan oleh Koordinator Kesehatan Masyarakat PP LKNU Esti Febriyani kepada NU Online di Kantor Sekretariat PP LKNU, Gedung PBNU lantai tujuh, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (26/3) petang.
“Untuk mengubah kesan negatif yang melekat pada sebutan ‘TBC’, kita sebaiknya menyebut penyakit Tuberkulosis dengan ungkapan ‘TB’,” tegas Esti Febriyani.
Esti Febriyani menambahkan, pemaknaan negatif merupakan pemahaman masyarakat di masa lalu. Pemaknaan itu perlu diubah karena menimbulkan kesenjangan sosial.
Secara moral, lanjut Esti, pemaknaan negatif itu perlu dipertanyakan. Makna negatif yang melekat menutup pintu partisipasi masyarakat itu sendiri dalam pengentasan Tuberkulosis.
Tindakan diskriminasi akibat pemaknaan itu semakin menyudutkan penderita Tuberkulosis. Padahal, penderita TB membutuhkan dampingan-dampingan baik secara sosial maupun medis, pungkas Esti Febriyani.
Penulis: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menguatkan Sisi Kemanusiaan di Bulan Muharram
2
Khutbah Jumat: Mengais Keutamaan Ibadah di Sisa bulan Muharram
3
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
4
Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
5
Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah
6
Khutbah Jumat: Berani Keluar Dari Zona Nyaman
Terkini
Lihat Semua