Nasional

Sebut Pencoleng Agama, Gus Yaqut: Tindak Tegas Pelaku Teror Pembunuhan di Sigi

Ahad, 29 November 2020 | 10:45 WIB

Sebut Pencoleng Agama, Gus Yaqut: Tindak Tegas Pelaku Teror Pembunuhan di Sigi

Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas dalam kegiatan Apel Kebangsaan anggota Banser se-Jawa, Ahad (29/11) secara virtual. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor H Yaqut Cholil Qoumas meminta aparat untuk bersikap tegas dan cepat terhadap pelaku teror berupa pembunuhan yang menewaskan satu keluarga di Desa Lembontonga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang terjadi pada Sabtu (28/11) kemarin.


“Mereka itu adalah pencoleng agama yang berakibat empat orang tewas jadi korban perilaku biadab atas nama agama. Kami minta aparat tindak tegas pencoleng-pencoleng agama di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah,” tegasnya saat menyampaikan orasi dalam Apel Kebangsaan yang digelar secara virtual dan berpusat di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada Ahad (29/11) pagi.


Lebih lanjut, Gus Yaqut memberi peringatan pada kelompok-kelompok kecil yang senang mengatasnamakan agama dan perilaku biadab yang sangat merugikan agama. Dengan tegas, ia menekankan bahwa Ansor dan Banser akan setia bersama TNI-Polri menghadang kelompok perusuh negeri ini. 


“Hentikan perilaku kalian atau akan berhadapan dengan Ansor-Banser. Kami, Ansor-Banser siap bersama TNI-Polri (untuk) menghadang (kalian),” tegas Gus Yaqut dalam Apel Kebangsaan yang dihadiri secara virtual oleh seluruh Pengurus Cabang Ansor di Pulau Jawa dan empat cabang luar negeri.


Sebelumnya, Ketua PP Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) 
Nahdlatul Ulama (NU) H Rumadi Ahmad menegaskan bahwa aksi pembunuhan tersebut jelas telah melukai masyarakat Indonesia dan perlu mendapatkan tindakan yang cepat dari aparat. 


Lebih lanjut ia mengatakan, tidak ada alasan yang membenarkan mengenai aksi kejam yang diduga dilakukan oleh militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) ini. Menurutnya, perbuatan itu sangatlah biadab dan tidak manusiawi, perlu mendapat perlawanan dari aparat baik itu Polri maupun TNI.


“Peristiwa tersebut sangat menyakitkan, bukan hanya disesalkan tapi patut dikutuk. Tak ada alasan apapun yang bisa membenarkan perbuatan biadab tersebut," katanya.


Ia pun menegaskan, perlawanan yang saat ini bisa dilakukan oleh negara adalah dengan mempercepat tindakan dari aparat misalnya dengan menangkap gerombolan teroris itu. Langkah dinilai tepat untuk melindungi seluruh masyarakat yang ada di Sulawesi Tengah.


Selanjutnya, agar tidak terjadi lagi kasus serupa, Lakpesdam PBNU mendorong kepada aparat keamanan untuk mendeteksi secara dini gerakan-gerakan kelompok teroris. Sementara masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Jika ada hal yang mencurigakan segera berkoordinasi dengan pihak terkait.


“Aparat keamanan perlu deteksi dini yang lebih kuat agar peristiwa sejenis tidak terulang. Masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan dan bekerjasama dengan aparat keamanan lebih erat,” tuturnya.


Sementara itu, pihak aparat kepolisian setempat masih mendalami kasus yang menewaskan satu keluarga secara naas itu. Namun, diduga kuat ada tiga orang buron dari kelompok MIT yang diduga terlibat dalam aksi pembunuhan tersebut.


Para pelaku pun melarikan diri ke arah hutan usai melakukan aksinya. Pimpinan MIT sendiri saat ini adalah Ali Kalora. Ia menjadi pimpinan MIT setelah pimpinan sebelumnya, Santoso, tewas di tangan aparat.

 

Dugaan Kronologis

 

Jauh sebelum itu, aparat TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala menembak mati dua anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, yang pernah masuk Kota Palu, Sulawesi Tengah. Keduanya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).


Karena itu, munculnya pembunuhan ini diduga sebagai pembalasan pihak MIT kepada aparat. Sengaja, mereka mengambil korban dari kalangan sipil untuk menakut-nakuti masyarakat. 


Senada dengan itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Sutami M Idris, juga mengecam tindakan yang tidak berperikemanusiaan tersebut.


Menurutnya, peristiwa itu jelas tidak dapat dikaitkan dengan sikap pemeluk agama tertentu. Mereka adalah teroris yang gemar membuat masyarakat resah dan tidak tenang.

 

PCNU Poso mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak terprovokasi dengan informasi yang berkembang. Masyarakat juga harus menahan diri, serahkan semuanya kepada pihak yang berwenang.


“Kami mengajak seluruh Nahdliyin dan masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan dan menolak segala bentuk kekerasan dan mendukung aparat keamanan untuk mengusut tuntas insiden yang terjadi dan menemukan pelaku dari peristiwa itu,” ujarnya.   


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad