Nasional

Savic Ali: Media Sosial Pilar Demokrasi Kelima

Kam, 25 April 2019 | 13:00 WIB

Jakarta, NU Online
Demokrasi berjalan lancar dengan empat pilar penyangga, yakni lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan kebebasan pers. Namun, perkembangan zaman dengan teknologi yang kian canggih menuntut demokrasi disangga oleh satu pilar baru, yakni media sosial.

"Sekarang mungkin ada tambahan pilar kelimanyaĀ social media," ujar Savic Ali, Direktur NU Online, saat Diskusi Gus Dur dan Demokrasi: Membaca Indonesia Pascapemilu di Rumah Pergerakan Gus Dur, Menteng, Jakarta, Rabu (24/4) malam.

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Ia menjelaskan orang yang terpilih sebagai pejabat di legislatif ataupun eksekutif terkadang atau kerap kali tidak mendengarkan suara pemilihnya. Akhirnya, publik menyuarakan melalui pers dengan asumsi pers mengabdi pada kebenaran. Namun, pers saat ini dimiliki politisi atau konglomerasi media berpolitik.

Oleh karena itu, media sosial menjadi saluran yang menyuarakan aspirasi individu setiap warga negara. "Sangat penting perannya dalam konteks demokrasi," ucapnya.

Bahkan Savic mengungkapkan pemerintah pernah membatalkan kebijakannya karena ramai penolakan di media sosial. Hal tersebut bukan karena protes dari legislatif dan tekanan pers. "Karena suaranya sangat kenceng diĀ social mediaĀ dan itu sangat mempengaruhi," ujarnya.

Menurutnya, masa depan demokrasi akan baik jika aspirasi rakyat dapat diperhitungkan. Artinya, ruang untuk mendengarkan dan mengakomodasi suara rakyat semakin luas. "Suara rakyat harus sangat diperhitungkan," katanya.

Di samping itu, harus adaĀ check and balanceĀ pers, legislatif, eksekutif, serta yudikatifnya. Jika semua hal tersebut terpenuhi, kemungkinan demokrasi ke depan akan cerah.

"Masa depan demokrasi bisa dibilang kemungkinan akan baik," pungkasnya.

Selain Savic, diskusi ini juga menghadirkan Pegiat Pemilu Ahsanul Minan. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang. (Syakir NF/Muhammad Faizin)