Nasional

SAS Institute Dorong Kerja Sama Inklusif Antar-Agama dalam Penanganan Covid-19

Jum, 18 September 2020 | 11:10 WIB

SAS Institute Dorong Kerja Sama Inklusif Antar-Agama dalam Penanganan Covid-19

Direktur Eksekutif SAS Institute Imdadun Rahmat. (Foto: sasinstitute.id)

Jakarta, NU Online

Said Aqil Siroj (SAS) Institute mendorong kerja sama inklusif antaragama yang ada di Indonesia untuk penanganan Covid-19. Peran lembaga agama dinilai penting dalam rangka  memperkuat kedisiplinan masyarakat.


Direktur Eksekutif SAS Institute Imdadun Rahmat mengungkapkan, sudah saatnya masyarakat bangsa berpangku tangan saling terbuka dengan tidak lagi melihat suku atau golongan tertentu dalam menghadapi berbagai masalah yang di hadapi negara termasuk masalah Covid-19.


Kata dia, keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia harus disyukuri dan dijadikan modal solidaritas yang kokoh untuk mengurai setiap masalah kemanusiaan.


“Keragaman itu harus dirayakan, jadi sikap terbuka, saling dialog, saling menolong, saling bekerja sama untuk mengatasi masalah-masalah kemanusiaan,” kata Imdadun Rahmat saat membuka kegiatan diskusi virtual, Kamis (17/9) malam.


Dia menambahkan, tidak hanya terhadap masalah kemanusiaan peran lembaga agama juga dibutuhkan untuk mendorong kesejahteraan masyarakat. Lembaga keagamaan, lanjut dia, harus terlibat menekan angka kemiskinan, pendidikan yang buruk, keterbelakangan, pengangguran dan masalah lingkungan.


Di sisi lain, masalah ini bukanlah sesuatu yang gampang. Dibutuhkan perjuangan dari para pemimpin lembaga agama agar yang muncul tidak hanya masalah isolasi dan kompetisi kelompok. Melainkan toleransi dan solidaritas antarwarga bangsa.


“Jadi memang kita masih harus terus berjuang dalam waktu yang lama karena memang sekarang ini saya masih melihat bahwa yang dominan adalah teologi isolasi dan kompetisi. Teologi toleransi dan teologi kerjasama masih sangat sedikit pendukungnya,” tuturnya.


Said Aqil Siroj Institute adalah lembaga nirlaba yang memiliki keperdulian terhadap pengembangan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan (nasionalisme) antara lain patriotisme, persatuan, persaudaraan, inklusifitas, toleransi (menghargai keragaman dan kebinekaan), budaya dialog, dan anti kekerasan. SAS Institut diresmikan pada 1 Agustus 2018 di Jakarta.


SAS Institute juga fokus terhadap isu keadilan dan pemberdayaan masyarakat. Kelahiran lembaga ini dipelopori oleh tokoh-tokoh nasional angkatan muda lintas kelompok, agama, dan lintas partai yang dipertemukan oleh kesamaan keprihatinan terkait berbagai persoalan dan tantangan kebangsaan.


Lahirnya lembaga ini terinspirasi dari gagasan, pemikiran dan kiprah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj sebagai pemimpin agama maupun sebagai tokoh bangsa yang nasionalis, figur pengayom serta pemersatu.


Kiai Said dikenal sebagai tokoh pembaharu dengan ide dan pemikiran progresif yang berpengaruh kuat terhadap kalangan elit maupun masyarakat awam, dan menginspirasi generasi muda. Kiai Said adalah garda depan dalam membangun titik temu antara keislaman dan keindonesiaan.


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori

Editor: Fathoni Ahmad