Jakarta, NU Online
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman agama, suku, bahasa, seni bahkan sampai pakaian. Dari segi pakaian, sarung adalah salah satu pakaian yang sudah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu.
“Sarung ini sudah beratus-ratus tahun menjadi bagian dari hidup orang Indonesia,” kata Ketua Panitia Seminar Nasioanl Sarung Nusantara H Muiz Ali Murtadho saat ditemui di lantai 4, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (3/4).
Muiz menjelaskan, masyarakat Indonesia sudah memakai sarung sebelum penjajah datang ke Indonesia. Menurutnya, dalam kegiatan apapun, masyarakat selalu mengenakan sarung, entah saat menggendong bayi, ketika ronda dan aktivitas keseharian lainnya.
“Sudah lekat sekali sarung dengan masyarakat kita, rata-rata masyarakat kita itu memakai sarung,” katanya.
Tetapi pada perkembangannya, kata dia, masyarakat Indonesia mulai gagap dan tidak percaya diri untuk memakai sarung, karena menganggap sarung hanya pantas dipakai orang sholeh.
Atas dasar itu, melalui Seminar Nasional Sarung Nusantara yang akan diadakan Lembaga Takmir Masjid-Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) pada Kamis (3/4) di lantai 8, Gedung PBNU, Muiz berharap menemukan poin-poin ilmiah sehingga bisa menjadikan sarung sebagai budaya Indonesia.
“Oleh karena itu, kita harus gali landasan ilmiahnya sarung sebagai identitas budaya Indonesia,” jelasnya.
“Kita (masyarakat Indonesia) yang harus bertanggung jawab untuk memelihara, menggunakan sarung dalam kehidupan kita sehari-hari,” tambahnya. (Husni Sahal/Fathoni)