Tangerang Selatan, NU Online
Orientalis adalah sebutan bagi sarjana Barat yang mengkaji tentang Islam. Mereka terbagi dua. Pertama, orientalis yang benar-benar senang dengan Islam dengan perangkatnya sehingga mengkajinya. Kedua, orientalis yang benci atau tidak senang dengan Islam. Umumnya, para sarjana Barat atau orientalis membahas tiga tema besar yang menonjol saat menulis tentang Al-Qur’an atau Islam.
“Pertama, isu tentang apakah Islam itu agama yang original atau apakah Islam itu merupakan agama pinjeman dari agama sebelumnya dalam tradisi Abrahamik yaitu Yahudi dan Kristen,” kata Ulil Abshar Abdalla dalam sebuah diskusi di Millenia Bookstore Tangerang Selatan, Sabtu (21/4).
Salah satu sarjana Barat yang menulis tema ini adalah Abraham Geiger, seorang rahib Yahudi dan orientalis asal jerman. Dia menulis sebuah esai dengan judul Was hat Mohammed aus dem Judenthume aufgenommen? (Apa yang Muhammad Ambil dari Yahudi?).
Kedua, melakukan penyusunan kembali kronologi Al-Qur’an. Susunan surat dan ayat di dalam Al-Qur’an bukan lah didasarkan pada urutan turunnya. Misalnya Surat al-Alaq merupakan surat yang diturunkan pertama kali, tapi dalam Al-Qur’an surat ini ditempatkan di bagian belakang. Sementara Surat al-Baqarah yang diturunkan pada masa-masa akhir malah ditempatkan di awal Al-Qur’an.
“Jadi Al-Qur’an ya seperti itu, tidak kronologis,” tegasnya.
Richard Bell adalah salah orientalis yang menulis tema ini. Dia mencoba untuk menyusun ulang (merekonstruksi) Al-Qur’an berdasarkan kronologi surat-surat dalam Al-Qur’an itu diturunkan. Ada asumsi bahwa saat Al-Qur’an disusun secara kronologis, maka Al-Qur’an bisa dipahami dengan baik.
Ketiga, tema-tema pokok Al-Qur’an. Hanya sedikit sekali sarjana Barat yang membahas tema yang ketiga ini. Mengutip pendapat Fazlur Rahman, Ulil menyebutkan bahwa alasan sarjana Barat jarang menulis tema ini adalah karena mereka tidak terlalu berani mencampuri urusan dalam umat Islam. Mereka mempersilahkan umat Islam sendiri untuk menulis tema ketiga ini.
Toshihiko Izutsu adalah satu dari sedikit sarjana Barat yang menulis tema ini. Dia menulis buku Ethico-religious Concepts in the Qurʹān. (Muchlishon)