Nasional

Santri Asal Aceh Luncurkan Buku Digital di 5 Negara

Rab, 23 Oktober 2019 | 01:30 WIB

Santri Asal Aceh Luncurkan Buku Digital di 5 Negara

Buku 'Selesai Kuliah dengan Mendeley' diluncurkan lewat Google Play Books & Google Books. (Foto: NU Online/panitia)

Banda Aceh, NU Online
Santri asal Aceh, Rahmat Saputra meluncurkan buku terbarunya secara digital di 5 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Singapura. Peluncuran dilakukan melalui Google Play Books & Google Books dalam rangka memperingati hari santri, Selasa (22/10).
 
Buku tersebut ditulis bersama salah seorang dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Ummi Habibatul Islamiyah yang memiliki latar belakang sebagai santri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur.
 
Rahmat yang merupakan alumni Pondok Pesantren Dayah Darul Hikmah Islamiyah Aceh Barat itu mengatakan bahwa dirinya merasa bersyukur eksistensi dan peran santri yang ikut memperjuangkan Indonesia diakui pemerintah. 
 
“Walau demikian para santri tetap harus berjuang untuk menjadikan Indonesia sebagai inspirasi bagi perdamaian dunia, sesuai slogan peringatan hari santri tahun 2019 ini,” kata Rahmat.
 
Atas dasar itu ia memberikan akses gratis untuk buku terbarunya yang berjudul Selesai Kuliah dengan Mendeley, Panduan Hebat Menulis Karya Ilmiah. Buku yang dijual dengan harga 70.000 rupiah itu akan digratiskan selama 3 hari sampai dengan 25 Otober.
 
Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo yang sedang melanjutkan pendidikan doktoral di Malaysia ini menjelaskan bahwa buku ini membahas tentang bagaimana menulis karya ilmiah dengan baik menggunakan software Mendeley
 
“Dengan menggunakan Mendeley, kita bisa memiliki perpustakaan pribadi dalam bentuk virtual, mencari referensi dengan mudah dan membuat daftar pustaka otomatis. Buku ini sangat cocok dibaca oleh mahasiswa, dosen dan siapa saja yang ingin menulis karya ilmiah,” jelasnya melalui email.
 
Dalam keterangan terpisah, Jasman, Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) mengatakan penting sekali memiliki buku ini.
 
“Metodologi penulisan yang bagus akan menghasilkan karya yang bagus pula. Dengan menggunakan Mendeley, membuat karya ilmiah menjadi lebih mudah, terstruktur, kutipan jelas dan daftar pustakapun bisa tercatat dengan rapi, tidak ada yang tertinggal ketika referensi tersebut dikutip,” jelasnya. 
 
Ini adalah launching buku pertama di Aceh yang dilakukan secara digital pada hari santri. 
 
“Buku ini diluncurkan dalam format digital pada peringatan hari santri pada tanggal 22 Oktober 2019, jam 22.00 WIB. Nanti buku ini sudah dapat dibaca oleh pengguna Google Play Books & Google Books di 5 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Singapura,” katanya. 
 
Untuk mengaksesnya, cukup buka Google Play Books & Google Books dengan kata kunci Selesai Kuliah Mendeley atau melalui link rahmatsaputra.com/ok,” kata Rahmat. 
 
Menurutnya, launching ini penting dilakukan untuk merubah kebiasaaan masyarakat dalam menggunakan internet. 
 
“Kami sengaja meluncurkan buku ini di  Google Play Books & Google Books  agar masyarakat terbiasa membaca buku digital. Agar tingkat literasi masyarakat di Indonesia meningkat. Beli paket data, jangan hanya untuk membuka Youtube, WhatsApp, Facebook & Instagram saja. Sekali-kali buka Google Play Books untuk membaca buku dan kitab,” tandasnya.
 
Google Play Books sendiri adalah aplikasi toko buku digital terbesar di dunia, bersanding dengan Amazon Kindle. Di Indonesia sendiri ada Gramedia Digital yang memberikan akses buku tanpa batas dengan sistem berlangganan.
 
Dalam riset terbaru yang dilaporkan oleh We Are Social bekerja sama dengan Hootsuite, terlihat bahwa masyarakat Indonesia masih jarang membaca buku digital baik di Google Play Books atau aplikasi toko buku digital lainnya.  Masyarakat Indonesia lebih sering membuka Youtube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Line & Twitter.    
 
Pendiri Komunitas Internet Cerdas Indonesia itu juga menjelaskan bahwa waktu rata-rata yang dihabiskan orang Indonesia untuk mengakses internet adalah 8 jam 36 menit setiap harinya. 
 
“Ini meresahkan  jika tidak diimbangi dengan tingkat literasi yang baik. Apalagi saat ini sudah ada 150 juta pengguna internet aktif di Indonesia yang semuanya aktif menggunakan sosial media,” ungkapnya.
 
Dirinya ingin menginspirasi masyarakat, terutama generasi muda agar cerdas menggunakan internet dan bersosial media, supaya dapat membedakan informasi yang benar dan informasi yang tidak benar (hoaks). 
 
“Seharusnya internet menjadikan produktifitas kita meningkat bukan sebaliknya,” tandas Rahmat.
 
 
Editor: Ibnu Nawawi