Nasional

Santri Al-Hamdaniyah Ngaji Kitab Kuning di Kamar KH Hasyim Asy'ari

NU Online  ·  Rabu, 22 Juni 2016 | 12:10 WIB

Sidoarjo, NU Online
Puluhan santri pondok pesantren Al-Hamdaniyah Desa Siwalan Panji, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur mempunyai tradisi tersendiri dalam memperingati Nuzulul Qur'an. Mereka berdatangan menuju kamar pribadi KH Hasyim Asy'ari selama nyantri di peseantren tersebut. Para santri melakukan proses belajar membaca kitab kuning hingga belajar makna dari dalam kitab kuning tersebut.

Pengasuh pesantren Al-Hamdaniyah KH Sofwan Hadi mengatakan, pembelajaran kitab kuning ini sudah berlangsung sejak lama hingga saat ini. Kitab kuning diajarkan penerus Pesantren Al Hamdaniyah yaitu dirinya. Ia adalah cicit dari Kiai Abdul Rohim putra KH Hamdani, pendiri Pesantren Al Hamdaniyah.

"Untuk selalu mempelajari sejumlah kitab kuning yang terdiri dari fiqih/tafsir dan pelajaran bahasa Arab atau nahwu saraf. Pembelajaran ini adalah peninggalan dari KH Hamdani dan KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU, untuk diamalkan ke seluruh santri," kata kiai yang akrab disapa Gus Sofwan, Rabu (22/6).

Gus Sofwan mengemukakan, malam Lailatul Qadar yang biasanya diperingati pada hari ke 17 Ramadhan merupakan hari yang bersejarah dalam perjalanan kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an. Kitab suci Al-Qur'an sendiri diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi tercinta kita Muhammad saw dan peristiwa ini ghalib disebut dengan Nuzulul Qur'an.

"Nuzulul Qur'an yang secara harfiah berarti turunnya Al-Qur'an adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting mengenai penurunan wahyu Allah pertama kepada Nabi dan Rasul terakhir yakni Nabi Muhammad saw. Sedangkan turunnya Al-Qur'an adalah  sebuah penegasan atas kemuliaannya dan sekaligus yang menerimanya yaitu Nabi Muhammad. Tetapi juga harus diiringi semangat untuk kembali kepada Al-Qur'an dan sunnah serta mempelajari menghayati dan belajar mengamalkannya," terangnya.

Oleh sebab itu, Nuzulul Qur'an harusnya dimaknai sebagai upaya untuk kembali mempelajari Al-Qur'an dan semua ajaran Nabi. Dengan memperingati Nuzulul Qur'an berarti sesungguhnya siap kembali menghidupkan Al-Qur'an dan sunnah Nabi. (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)

Â