Nasional

Saksikan Konjungsi Agung antara Jupiter dan Saturnus Malam Ini!

Sen, 21 Desember 2020 | 09:30 WIB

Saksikan Konjungsi Agung antara Jupiter dan Saturnus Malam Ini!

Peristiwa "ijtimak a’zham" (konjungsi agung) Jupiter-Saturnus terjadi malam ini. (Foto: timeanddate.com)

Jakarta, NU Online
Sebuah peristiwa langit yang sangat langka akan terjadi malam ini. Peristiwa itu bernama ijtimak a’zham (konjungsi agung) antara planet Jupiter (Mustari) dan Saturnus (Zuhal). Terakhir, peristiwa tersebut terjadi hampir empat abad silam dan tidak akan terulang kembali hingga 60 tahun mendatang. 


Konjungsi agung Jupiter-Saturnus merupakan peristiwa langit yang sangat langka. Terakhir kali terjadi pada tahun 397 Miladiyah silam, yakni  pada 18 Ramadhan 1032 H yang bertepatan dengan 16 Juli 1623 M saat Maghrib. Saat itu, fenomena ini sulit sekali dilihat. Sementara ijtimak a’zham Jupiter-Saturnus berikutnya diperhitungkan akan terjadi pada 22 Jumadal Ula 1503 H mendatang, bertepatan 15 Maret 2080 saat Subuh.    


“Berdasarkan hisab haqiqy bittahqiq Meeus yang dilaksanakan oleh Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, maka Insyaallah akan terjadi peristiwa ijtimak a’zham atau konjungsi agung antara  planet Jupiter dan planet Saturnus pada Senin Legi (malam Selasa) 7 Jumadal Ula 1442 H yang bertepatan dengan 21 Desember 2020 M,” kata Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah PBNU Ma’rufin Sudibyo kepada NU Online, Senin (21/12).


Dalam peristiwa ijtimak a’zham tersebut, kedua planet tampak begitu berdekatan sehingga terkesan hampir ’menyatu’ dalam pandangan mata telanjang. Apabila disaksikan dengan teleskop, barulah terlihat perbedaan jarak antar keduanya. Namun, pengamatan dengan teleskop juga akan menjumpai satelit-satelit alamiah kedua planet seakan-akan bercampur-baur saling berdekatan dalam satu medan pandang yang sempit.  


Ijtimak Jupiter-Saturnus adalah peristiwa langit di mana planet Jupiter dan planet Saturnus bersama-sama menempati satu garis bujur ekliptika dengan sedikit perbedaan pada kedudukan garis lintang ekliptikanya. Sehingga kedua planet terlihat berdekatan, atau memiliki elongasi kecil dalam literatur ilmu falak,” jelasnya.



Peristiwa ini menurutnya terjadi setiap 19,85 tahun Miladiyah. Ijtimak Jupiter-Saturnus ini adalah  konsekuensi dari gerak kedua planet mengelilingi Matahari, di mana planet Jupiter memiliki periode revolusi 10,86 tahun, sementara planet Saturnus berperiode revolusi 29,46 tahun. 


“Pada peristiwa ijtimak a’zham Jupiter-Saturnus, kedua planet menempati garis lintang ekliptika yang hampir sama. Sehingga nilai elongasinya sangat kecil. Secara umum, ijtimak a’zham terjadi manakala elongasinya lebih kecil dari seperenam derajat,” jelasnya.


Untuk menggambarkan kecilnya elongasi ini, maka apabila Bulan ditempatkan di hadapan dua benda langit yang sedang menjalani peristiwa ijtimak a’zham, maka dua benda langit tersebut akan nampak tertutupi Bulan, jika dilihat dari Bumi.      


Untuk markas Gedung PBNU Jakarta Pusat, ijtimak a’zham Jupiter-Saturnus diperhitungkan akan terjadi pada pukul 01:22 WIB dinihari dengan elongasi hanya sepersepuluh derajat. Namun konfigurasi posisi Matahari, Jupiter, dan Saturnus menyebabkan peristiwa tersebut hanya akan dapat dilihat pada saat Maghrib. 


Diperhitungkan Matahari terbenam di markas pada pukul 18:05 WIB. Planet Jupiter–Saturnus mulai tampak pada sekitar pukul 18:29 WIB. Dan planet Jupiter–Saturnus diperhitungkan akan terbenam pada pukul 20:13 WIB. Sehingga durasi ketampakan ijtimak a’zham Jupiter–Saturnus di markas mencapai 104 menit.


“Selain dari markas, ijtimak a’zham Jupiter–Saturnus sesungguhnya juga dapat disaksikan dari seluruh Indonesia. Durasi ketampakannya pun hampir sama. Yakni mulai sekitar 24 menit pasca terbenamnya Matahari hingga 103–105 menit kemudian,” tambah Ahli Falakiyah NU ini.


Karena gerak semu planet Jupiter dan Saturnus cukup lambat jika disaksikan dari Bumi, maka fenomena hampir menyatunya kedua planet tersebut akan tampak selama berhari-hari. Diperhitungkan, kedua planet akan nampak sangat dekat sejak 16 Desember lalu hingga 26 Desember 2020 mendatang. 


“Peristiwa langit yang sangat langka ini memang tidak memiliki dimensi syariah. Namun dari sisi sains falakiyah memiliki arti yang cukup tinggi, sebagai bagian dari kinerja alam semesta yang mematuhi keteraturan tertentu sebagaimana digariskan Allah SWT,” ungkapnya.


Oleh karena itu, peristiwa ini perlu disambut dengan kegiatan kefalakiyahan dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan penularan penyakit Covid–19. Lembaga Falakiyah PBNU telah menginstruksikan kepada jajarannya di tingkat PWNU hingga PCNU.


“Demikian pula pondok pesantren falak dan perukyah falak NU se–Indonesia untuk bertindak aktif melaksanakan pengamatan terhadap peristiwa langit sangat langka tersebut,” pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori