Nasional

RMI Ajak Gus-Gus Berjejaring dengan NU dan Lain Pesantren

NU Online  ·  Kamis, 2 Oktober 2014 | 15:12 WIB

Cirebon, NU Online
Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama melihat tantangan pesantren semakin besar. Sementara pendiri dan para kiai sepuh pesantren dari waktu ke waktu dipanggil Allah Swt. Untuk mengatasi pelbagai tantangan dan penguatan pesantren, para penerus mereka perlu mengaktifkan kembali jaringan para sesepuhnya baik dengan NU maupun dengan lain pesantren.
<>
“Pesantren membentuk NU untuk membebaskan diri dari ketidakberdayaanya. Para kiai zaman dulu itu tidak pernah menawarkan diri untuk jadi kiai dan minta dihormati. Mereka lebih dahulu beraksi mengatasi masalah yang kemudian diikuti oleh penghargaan dari Allah,” kata Sekretaris RMI NU KH Miftah Faqih pada pelatihan agen sosial anti kekerasan di pesantren Kempek, Cirebon, Selasa (30/9).

Menurut Kiai Miftah, pesantren mesti berjejaring. Gus-gus itu perlu melepaskan ego sektoral. Pasalnya ancaman terhadap pesantren dan masyarakat sudah di depan mata. Para kiai tetap memperhatikan jaringan kendati ancaman Wahabi masih jauh di Timur Tengah.

Terlebih lagi dalam konteks terorisme, label pesantren sebagai penyebar bibit persatuan di tengah masyarakat dibajak untuk melakukan tindak kejahatan kekerasan atas nama agama.

“Sehingga kita sebagai komunitas pesantren tidak boleh berleha-leha. Kalau pun ada pengasuh pesantren yang biasa-biasa saja, tidak ada arti lain kecuali dia tidur,” tandas Kiai Miftah di hadapan 50 peserta yang terdiri dari para santri dari pelbagai pesantren di Jawa Barat. (Alhafiz K)