Semarang, NU Online
Innalillahi wainna ilaihi rojiun, warga NU Jawa Tengah berduka, salah seorang ulama panutannya, KH Achmad Buchori Masruri, Senin (17/5) pukul 08.30 WIB di tengah-tengah umat Islam yang menjalani puasa ramadhan hari pertama menghembuskan nafasnya yang terakhir, meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.
Ketua PPP Jateng H Masruhan Syamsuri, salah satu kader almarhum, di sela menanti giliran shalat jenazah mengatakan, sejak menjadi santri hingga akhir hayatnya Kiai Buchori tidak pernah lepas dari dunia aktifitas pelayanan kemasyarakatan terutama dalam berdakwah.
Di sela menimba ilmu di Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang di bawah asuhan KH Maemun Zubair dan Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta di bawah asuhan KH Ali Makshum serta saat memasuki bangku akademik di Fakuktas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, almarhum disibukkan dengan aktifitas dakwah, terutama masyarakat di pelosok-pelosok pedesaan.
“Keaktifannya di panggung dakwah menjadikan namanya sangat populer terutama di kalangan warga NU. Selain itu karena kealimannya, Kiai Buchori juga kerap kali diundang di forum-forum ilmiah. Beliau jadi kebanggaan warga NU karena bisa tampil di masyarakat umum sekaligus juga bisa di panggung ilmiah,” kata Masruhan.
Usai nyantri sebelum masuk ke perguruan tinggi, Kiai Buchori dipercaya untuk memimpin Ansor Kabupaten Grobogan dan berlanjut mernjadi ketua Partai NU Kabupaten Grobogan pada tahun 1960-an. Saat kuliah didaulat mahasiswa IAIN Walisongo menjadi ketua Dewan Mahasiswa (Dema) angkatan pertama.
Di luar kampus aktif di NU hingga menghantarkannya menjadi Wakil Ketua tahun 1986-1990 dan berlanjut menjadi Ketua PWNU Jateng tahun 1991-1995. Meski berada di luar struktur, almarhum tetap bersemangat dalam berjuang di NU melalui dakwah-dakwah profesionalnya.
Ketua umum MUI Jateng KH Ahmad Darodji dalam testemoni saat pelepasan jenazah di rumah duka mengungkapkan, almarhum adalah mahasiswanya yang berprestasi secara akademik saat kuliah di IAIN Semarang.
Karena kecintaan terhadap masyarakat yang membutuhkan bimbingan dakwahnya, almarhum rela menunda-nunda tugas akhir kuliahnya, semata untuk melayani mereka. Sebagai mahasiswa angkatan pertama almarhum meraih gelar sarjana pada tahun 1984.
Nampak hadir melepas kepergian Kiai Buchori untuk menemui sang Khaliq para kader-kader yang tersebar di berbagai tempat dan lintas profesi. Nampak juga ikut menghantarkan almarhum, Katib PWNU Jateng KH Imam Syakroni, Rais NU Kota Semarang KH Hanief Ismail, Mustasyar NU Kota Semarang KH Shodiq Hamzah, Mantan Gubernur Jateng KH Ali Mufiz, dan ribuan nahdliyin Semarang dan sekitarnya. (Huda/Muiz)