Nasional

Respons Nabi saat Suku Badui Menarik Burdah dari Lehernya

Sab, 4 Mei 2019 | 04:45 WIB

Respons Nabi saat Suku Badui Menarik Burdah dari Lehernya

Pengajian Ihya di Masjid PBNU, Kamis (2/5) malam.

Jakarta, NU Online
Ketika manusia memiliki akhlak yang baik, bukan berarti tantangan atau ujian tidak menghampirinya. Rasulullan Saw sebagai manusia yang memiliki akhlak terpuji, kerap mendapat ujian tersebut.

Dalam hadist sahih yang diriwayatkan Bukhari Muslim, Sahabat Anas Bin Abdul Malik menceritakan:
              
كان يمشي فأدركه أعربي فجذبه جذبا شديدا وكان عليه برد نجرني غليلظ الحاشيه  قال أنس رضي الله عنه : حتى إلى عنق رسول الله صلى الله عليه وسلم قد أثر فيه حاشية  البرد من شدة جذبه، فقال: يا محمد هب لى من مال الله الذي  عندك، فلتفت إليه رسول الله وضحك، ثم أمر بإعطائه   (الحديث: متفق عليه من حديث أنس)

Artinya, Pada suatu hari Nabi Muhammad Saw berjalan bersama Sahabat Anas Bin Abdul Malik. Kemudian seorang Badui mendekat kepada Nabi dan langsung menarik kain yang dikenakan Nabi di leher, dengan tarikan yang amat keras. Kemudian Anas berkata, "Aku melihat di leher Rasul ada luka bekas tarikan lalu orang Badui itu berkata, 'Hai Muhammad berilah aku dari hata Allah yang ada padamu." Mendengar permintaan itu, Nabi menoleh dan tertawa sambil memberikan kain yang ia kenakan.

Pengampu Ngaji Ihya Ulumudin, Ulil Abshar Abdalla menyampaikan hal tersebut di Masjdi Annahdlah, Gedung PBNU Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Kamis (2/5) malam.

Menurut Gus Ulil, dalam hadits tersebut terdapat intisari bahwa Nabi Muhammad Saw selalu bersabar dan tidak menghiraukan jika ada yang mengganggu atau ada yang berniat menjahatinya. Nabi selalu bersikap santun, tidak mudah tersinggung, bahkan justru membalasnya dengan perlakukan yang terpuji.

"Dalam kitab Ihya Ulumudin, Imam Ghazali menjabarkan maksud dari hadist ini. Menurut pandangan ulama sufi itu, jika seorang manusia memiliki akhlak yang baik maka ujiannya adalah sabar atau menyabarkan diri terhadap kejahatan orang lain dan menahan diri terhadap tindakan yang menyebalkan," kata Gus Ulil.

Imam Ghazali mengungkapkan, lanjut Gus Ulil, hal tersebut termasuk ujian paling utama bagi pemilik akhlak mulia. Menurutnya, siapa saja yang mengeluhkan akhlak buruk orang lain maka sesungguhnya akhlaknyalah yang buruk

Dijelaskan juga soal ujian bagi pemilik akhlak mulia tersebut sangat berat jika dikaitkan dengan karakter manusia era sekarang. Menurutnya, yang disampaikan oleh Imam Ghazali dalam Ihya Ulumudin halaman 953 tersebut cocoknya untuk tingkatan waliyullah atau manusia-manusia yang memiliki jalan spiritual tinggi.

"Memang kitab Ihya ini berat. Praktiknya berat, karena kitab ini mengajari kita untuk tidak ikut-ikutan orang lain yang ngawur," ujarnya.

Ia menjelaskan, inti dari hadits dan qoul Imam Gazali tersebut adalah manusia dituntut untuk tidak menanggapi apabila ada sesuatu yang mengganggu meski itu dianggap menyakiti. Tidak mudah tersinggung jika ada pernyataan orang lain yang dianggap menjelekan diri kita.

"Jadi, ketika ada perlakukan tidak baik, tidak membuat kita tersinggung. Makanya, saya bilang hadits ini penting sekali, ketika sekarang banyak banyak disiarkan, sedikit-sedikit mudah  tersinggung, sedikit-sedikit merasa terhina. Nah, Kanjeng Nabi pernah diperlakukan seperti ini. Ini Nabi ya ketawa saja," tuturnya. (Abdul Rahman Ahdoari/Kendi Setiawan)