Tangerang Selatan, NU Online
Direktur Indonesian Muslim Crisis Center, Robi Sugara mengungkapkan dalam sebuah paper mengenai respons umat Islam Indonesia soal krisis kemanusiaan di Suriah, Myanmar, dan Yaman ditemukan hasil yang sangat menarik. Terdapat dua seruan dalam menanggapi hal tersebut, yakni seruan donasi berupa pengumpulan dana dan seruan jihad yang oleh kelompok ekstrem dimaknai sebagai perang.Â
“Keduanya itu selalu nempel, jika ada lembaga yang mengumpulkan donasi dengan alasan tersebut, pastilah akan banyak yang terkumpul," katanya dalam diskusi rutin Islam Nusantara Center (INC) di Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (14/7).
Seruan jihad seperti ini jarang sekali keluar dari kelompok moderat seperi NU dan Muhammadiyah. Menurut Robi, hal ini terdapat pergeseran makna yang dimaknai oleh kelompok-kelompok moderat.Â
Di antara ketiga negara tersebut, lanjutnya, negara yang paling besar mendapatkan perhatian adalah Suriah kemudian Myanmar. Yaman merupakan negara yang paling kecil perhatiannya mengenai krisis kemanusiaan.Â
Seruan jihad banyak ditunjukkan untuk Suriah dan Myanmar, menurut Robi, pertama, mereka meyakini bahwa Imam Mahdi itu akan muncul di negara Suriah. "Dan kedua, aktor krisis kemanusiaan ini adalah Bashar Assad yang merupakan pemimpin komunitas Syiah yang diyakini di Indonesia sebagai komunitas sesat," paparnya.
Adapaun seruan jihad yang ditujukan untuk krisis kemanusiaan di Myanmar, menurutnya adalah karena adanya orang-orang Budha yang dianggap oleh kelompok-kelompok tersebut sebagai orang kafir, maka perlu diperangi. Ia juga mengungkapkan dalam buku yang ditulis oleh Imam Samudra yang mengutip dari empat madzhab, diartikan olehnya jihad adalah sebagai perang melawan orang-orang kafir.
Dosen Jurusan Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga menyatakan kecilnya perhatian terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Yaman ketimbang di Suriah dan Myanmar. "Sebab aktor dari krisis kemanusiaan di sini adalah Arab Saudi, bisa jadi jika Arab Saudi memborbardir rezim yang mengkudeta adalah kelompok-kelompok Syiah itu adalah bagian dari memberantas kemunkaran dan membunuh itu adalah hal yang wajar dan tidak dimaknai sebagai jihad," terangnya.
Hal tersebut menandakan, dalam konteks kemanusiaan mereka masih pilah-pilih, tidak murni karena atas dasar kemanusiaan. (Nuri Farikhatin/Kendi Setiawan)