Jakarta, NU OnlineÂ
Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang H Abdul Haris mengkategorikan sasaran dakwah di era digital. Menurutnya ada dua katagori yaitu digital native dan digital immigrant. Digital native adalah orang-orang yang sejak lahir sudah dikenalkan dengan teknologi.Â
"Yang pertama (digital native) amat mudah menerima saluran teknologi itu tetapi amat sangat kritis dan ini perlu metodologi dakwah tersendiri," katanya saat mengisi diskusi "Peta Gerakan Jalan Dakwah di Era Digital" di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (7/3).Â
Sementara digital immigrant adalah orang-orang baru yang melihat perkembangan digital dari nol. "Orang yang sedang proses memahami dan menggunakan teknologi informasi," ujarnya.Â
Menurut pria yang juga menjabat sebagai Ketua LP Ma'arif NU Jawa Timur itu, di luar negeri, dakwah melalui saluran teknologi lebih efektif daripada secara konvensional.Â
Begitu juga di Indonesia, ada beberapa mubaligh yang namanya terangkat dan dakwahnya bisa diakses banyak orang, khususnya oleh kelompok yang masuk kategori digital native.Â
Namun, ia mengkhawatirkan, jika saluran teknologi digunakan oleh mubaligh yang tidak bertanggung jawab, seperti orang yang baru belajar agama kemudian langsung menjadi pendakwah.Â
"Maka akan merubah dan ini menjadi kecenderungan, menjadi trend bagi digital native mengikutinya," kata alumnus Pesantren Tebuireng, Jawa Timur itu.Â
Ia berharap, agar saluran-saluran teknologi tetap diisi dengan konten yang ramah dan berisi. Ia meminta NU dari semua struktur supaya mulai rajin mengisi dakwah di internet, termasuk media sosial. (Husni Sahal/Zunus)