Nasional

Ramadhan telah Alami Proses Kapitalisasi

NU Online  ·  Kamis, 2 Agustus 2012 | 07:53 WIB

Gorontalo, NU Online
Bulan Ramadhan yang seharusnya penuh makna ibadah bagi kaum muslimin, disadari atau tidak, telah menjadi ajang perebutan ekonomi berbagai kepentingan industri kapital, kata sosiolog dari Universitas Negeri Gorontalo, Funco Tanipu, Rabu.
<>
"Ramadhan telah menjadi ajang perebutan ekonomi para perusahaan besar, media massa, bahkan negara dan elit politik dalam rangka mengejar kepentingannya masing-masing," kata pengajar di Fakultas Ilmu Sosial UNG ini.

Menurut dia, Ramadhan menjadi satu momentum bagi perusahaan besar untuk meningkatkan intensitas promosi, menawarkan produk yang dibalut nuansa Ramadhan, mulai sepeda motor, rokok, ponsel, bahkan sekedar sirup atau biskuit.

Seringkali, kata dia, pencitraan yang sengaja diciptakan oleh industri, adalah mengenai kemenangan yang dapat diraih dengan mengkonsumsi produk yang mereka jual.

"Padahal, tujuannya tidak lain adalah keuntungan finansial yang besar dari mata rantai industri ini," kata dia.

Ia mengatakan, "industri Ramadhan" juga bahkan merasuk dalam penampilan setiap muslim, mulai dari busana atau aksesoris yang dia kenakan, yang itu lantas dianggap menjadi ciri khas Ramadhan.

Fenomena tersebut, menurut dia, cukup berpotensi menimbulkan "keterasingan", dimana makna terdalam bulan Ramadhan yang seharusnya menjadi milik individu setiap muslim, berubah menjadi komoditas bernilai jual tinggi.

"Kita harus sadar secara pribadi, mengkonsumsi suatu produk itu wajar, asalkan tidak berlebihan hingga memposisikan diri kita sendiri sebagai korban dari industri kapital," tutupnya. 

 


Redaktur: Mukafi Niam
Sumber   : Antara