Nasional

Ramadhan Momen Tingkatkan Kepekaan Sosial

NU Online  ·  Rabu, 7 Juni 2017 | 07:39 WIB

Jakarta, NU Online
Bulan Ramadhan bagi kaum muslimin menjadi momen penting. Tak terkecuali para aktivis perempuan yang tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Targetnya, momentum Ramadhan ini mampu meningkatkan kepekaan sosial.

Hal tersebut dikatakan Ketua Bidang Agama Kowani, Khalilah, kepada NU Online menjelang penutupan ‘Kowani Fair 2017 dan Pasar Murah Pangan’ yang dihelat di gedung SMESCO Jakarta, Ahad (4/6) lalu.

“Terutama disparitas sosial yang tinggi seperti disampaikan dua narasumber diskusi, yakni Kepala Balitbang Diklat Kemenag, Abdurrahman Mas’ud dan Dirjen Penanganan Fakir Miskin Kemensos, Andi ZA Dulung barusan,” kata aktivis gender yang juga aktif di PP Fatayat NU ini.

Ia menjelaskan, program santunan 300-an anak yatim piatu dan dhuafa yang dikemas dalam acara buka bersama ini sudah dilaksanakan bidang agama Kowani selama dua tahun terakhir. Persisnya selama periode kepengurusan 2014-2019 ini sudah tiga kali Ramadhan.

“Untuk santunan anak yatim, ada lebih dari dari 300 anak selama empat hari. 50 anak per hari. Nah, sekarang terbanyak, 150 anak. Yang 100 bantuan dari Kowani. Nah, hari ini yang 200 anak itu bantuan Kemensos. Per itemnya 150 ribu. Tentu buat anak-anak ini sangat membantu,” ungkapnya.

Namun gelaran santunan tahun ini berbeda lantaran dibarengkan dengan ‘Kowani Fair’ yang digelar di bulan Ramadhan. “Maka bidang agama Kowani turut serta memeriahkan kegiatan ini dengan cara memindahkan santunan di forum ini. Alhamdulillah para pengurus terketuk hatinya menyalurkan infaq melalui bidang agama,” ujarnya terharu.
 
Ia mengaku program tersebut tepat sasaran karena melibatkan banyak pelaku ekonomi. Sejumlah stand buat UKM-UKM di bawah organisasi binaan Kowani pun dibuka untuk memamerkan produknya kepada masyarakat. Harapannya, produk-produk mereka dapat diterima khalayak dan bisa meningkatkan perekonomian perempuan.

Khalilah sekilas menceritakan paparan kedua narasumber yang luar biasa. Keduanya memaparkan realitas kehidupan masyarakat perempuan dan tantangannya melalui riset.
 
“Prof Mas’ud mendorong ibu-ibu agar bisa mengakses UU JPH agar produk-produk mereka bisa bersertifikasi halal. Sementara Pak Dirjen menyebut banyak program yang bisa diakses oleh anggota Kowani di Kementerian, tinggal bagaimana program tersebut disinergikan ke depan,” paparnya.

Menurut dia, sinergi tersebut merupakan upaya mempercepat kerja sama pemerintah dengan organisasi masyarakat agar sinergis, sehingga ketimpangan dan kesenjangan sosial yang semakin tinggi bisa teratasi. “Intinya, ini bentuk partisipasi Kowani,” tandas Khalilah.

Kowani, kata dia, memiliki organisasi anggota yang berpartisipasi mengutus anak yatimnya. “Jadi diambil dari Fatayat NU, Wanita PUI, PWKI, Aisiyah, Al-Hidayah, Perwanas, Panca Marga, dan Salimah,” ungkapnya.

Sebagai utusan Fatayat untuk Kowani, selama perhelatan acara yang dihelat empat hari, Kamis-Ahad (1-4/6), Khalilah pun mengundang para penceramah seperti Gus Reza, Ketum PP Fatayat NU Anggia Ermarini, dan Ketua Forum Daiyah (FORDA) Fatayat NU, Dewi Ani Anggraini.
 
“Karena dari Fatayat, untuk setiap acara saya berusaha selalu ada yang mengaji dan membaca sholawat. Itu hal baru di Kowani. Meski waktunya terbatas, diusahakan tetap menggaungkan sholawat,” pungkasnya. (Musthofa Asrori/Fathoni)