Nasional

Ragam Tradisi Maulid Nabi di Indonesia, Sampang Ramai-ramai Bikin Ketupat, Aceh Masak Beulangong

Kam, 28 September 2023 | 10:30 WIB

Ragam Tradisi Maulid Nabi di Indonesia, Sampang Ramai-ramai Bikin Ketupat, Aceh Masak Beulangong

Salah satu kuliner khas Aceh yang dikenal banyak orang adalah kuah beulangong. Makanan khas Aceh yang satu ini sering dijumpai saat melakukan perayaan hari besar umat Islam, salah satunya Maulid Nabi Muhammad saw. (Foto: Shutterstock)

Jakarta, NU Online

Ragam suku dan budaya di Indonesia membuat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw semakin bervariasi. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, peringatan maulid Nabi ini tentu tak dapat dihindari.


Tradisi ini biasanya digelar dengan menggabungkan antara nilai-nilai Islam dan adat istiadat yang ada di daerah. Berikut perayaan tradisi Maulid Nabi yang ada di Indonesia dirangkum NU Online.


1. Buat ketupat

Sampang, sebuah kabupaten di Madura, Jawa Timur, memiliki budaya yang kaya dan unik, terutama dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad saw. Salah satu tradisi menarik yang masih dilestarikan adalah pembuatan ketupat dari daun kelapa.


Dikutip dari laman sampang.id, Tradisi ini tidak hanya berhenti pada pembuatan ketupat. Setelah ketupat selesai dibuat dengan penuh kerja keras dan dedikasi, warga kemudian melakukan gotong royong. Mereka berkumpul dan secara bersama-sama mengantarkan hasil karya mereka ke pondok pesantren terdekat.


Pondok pesantren di wilayah tersebut memiliki peran penting dalam upacara Maulid. Mereka mengumandangkan shalawat dan memimpin doa untuk menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad saw. Ketupat yang dihasilkan oleh warga adalah bentuk selamatan dan penghargaan mereka terhadap pondok pesantren dan santri-santri yang berada di sana.


Yang menarik, ketupat yang mereka buat tidak seperti ketupat pada umumnya yang dibuat dari plastik atau bahan lain. Ketupat khas Sampang ini terbuat dari daun kelapa muda yang melingkupi beras di dalamnya, biasa disebut “Janur.” Ini adalah bagian penting dari tradisi mereka yang mempertahankan nilai-nilai keberlanjutan dan keaslian.


2. Grebeg Maulud

Tradisi ini sama halnya dengan Ampyang Maulid yang identik dengan tradisi gunungan. Tradisi Grebeg Maulud itu dilaksanakan di wilayah Yogyakarta dan Surakarta. Grebeg memiliki arti masyarakat akan mengikuti para sultan, para pembesar yang keluar dari keraton untuk upacara Maulid Nabi Muhammad saw di masjid. Sebelum sampai pada puncaknya, tradisi ini memiliki tahapan yang harus diikuti.


Tahap pertama adalah tumplak wajik yang dimulai dengan upacara dan melakukan pemukulan kentongan sebagai tanda pembuatan gunungan telah dimulai. Tahap terakhir, upacara Grebeg Maulud dengan membawa gunungan tersebut yang diarak oleh warga menuju masjid agung, lalu setelah sampai di masjid, gunungan tersebut didoakan. Kemudian gunungan akan dibawa jalan keluar masjid dan dibagikan kepada masyarakat dengan tradisi perebutan.


3. Tradisi masak kuah Beulangong

Salah satu kuliner khas Aceh yang dikenal banyak orang adalah kuah beulangong. Makanan khas Aceh yang satu ini sering dijumpai saat melakukan perayaan hari besar umat Islam, salah satunya Maulid Nabi Muhammad saw.


Mengutip situs resmi Kemendikbud, Kuah beulangong merupakan masakan tradisional khas Aceh, tepatnya berasal dari Aceh Besar. Daging yang digunakan pada masakan ini biasanya berupa daging sapi, kambing dan kerbau.


Nama Beulangong berasal dari nama belanga yang artinya kuali besar. Masyarakat Aceh memasak kuah beulangong ini dalam porsi besar sehingga membutuhkan kuali besar untuk menampung sekitar 200 porsi.


Dalam proses memasak kuah beulangong ini membutuhkan waktu sekitar dua jam dan membutuhkan banyak tenaga untuk memasaknya. Selain itu, masakan khas Aceh yang satu ini juga mengkhususkan para kaum lelaki untuk memasaknya, sebagai salah satu filosofi yang melatarbelakangi kuliner ini.


Kuah ini biasa disajikan pada acara buka puasa atau perayaan hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad, serta sering juga digunakan sebagai menu utama acara pesta tetapi daging kambing diganti dengan daging sapi.


4. Tradisi Baayun Maulid

Baayun Mulud adalah kegiatan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid. Baayun mulud dilaksanakan untuk memperingati Maulid Nabi. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan.


Kata Baayun artinya ayunan atau buaian, sedangkan kata mulud berasal dari bahasa Arab yang artinya ungkapan masyarakat Arab untuk kelahiran Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, Baayun Mulud artinya kegiatan mengayun anak bayi sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad saw.