Nasional

Puslitbang Kemenag Siap Seminarkan Survei Tiga Layanan untuk Pesantren

Rab, 25 Agustus 2021 | 07:30 WIB

Puslitbang Kemenag Siap Seminarkan Survei Tiga Layanan untuk Pesantren

Kepala Puslitbang Penda, Hj Sunarini didampingi Koordinator Bidang Penelitian Pendidikan Keagamaan Husen Hasan Basri. (Foto: Dok. Puslitbang Penda/Rangga)

Jakarta, NU Online
Memasuki tahun kedua, Puslitbang Pendidikan dan Keagamaan (Penda) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI menyelenggarakan Pra Seminar Layanan Pendidikan, Dakwah, dan Pemberdayaan di Jakarta, Rabu (25/8/2021).


Kepala Puslitbang Penda, Hj Sunarini, mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan menyelaraskan data yang telah diinput oleh lembaga pendidikan pesantren secara daring lewat Puslitbang.


“Hingga 2021 sudah terinput sebanyak 11.000 data pesantren di seluruh Indonesia. Angka tersebut mengalami peningkatan sebanyak lebih kurang 46 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Sunarini kepada NU Online di sela gelaran pra seminar.


“Akhir tahun lalu terkumpul sekitar 6.000 data. Nah, tahun ini kita dapat sekitar 11.000 data, jadi ada peningkatan 5000-an data,” sambung Rini, sapaan akrabnya.


Berdasarkan data Emis Kemenag, jumlah pesantren di seluruh Indonesia saat ini  adalah 30.495 lembaga. Pesantren tersebar di 34 provinsi di Indonesia dengan sebaran terbanyak di Jawa Barat 9.310, disusul Banten 5.344, kemudian Jawa Timur 5.121, Jawa Tengah 3.927, dan Aceh yang mencapai 1.281 lembaga.


“Kalau untuk pendataan (pesantren) ini ada tiga, sebagai lembaga pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat. Ketiga hal itu kita ambil datanya. Maka, lebih detail,” ungkapnya.


Ia menerangkan, hal mendetail terkait itu dilakukan sebagai upaya membantu lembaga dalam menyeleksi calon guru/pengajar. Mulai dari latar belakang pendidikan, hingga kapabilitas untuk mengetahui kelayakan menjadi pengajar di lembaga pesantren.


“Memang pendataannya sampai sedetail itu,” terang perempuan kelahiran Ponorogo Jawa Timur ini.


Keseimbangan guru dan santri
Di samping itu, pihaknya juga memperhatikan jumlah santri dan pengajar di tiap-tiap pesantren agar seimbang. Mengacu kepada data Kemenag, ternyata jumlah santri di Jawa Timur saja telah mencapai 970.541 santri. Sementara jumlah tenaga pengajar di pesantren di seluruh Indonesia hanya mencapai 474.865 ustadz.


“Melalui pendataan itu, rasio antara jumlah santri dan ustadznya pun diperhatikan,” tutur mantan Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung Balitbang Diklat Kemenag ini.


Ia menambahkan, Puslitbang Penda bertugas sebagai fasilitator yang menjembatani sejumlah program untuk pesantren, seperti program pengadaan fasilitas, pelatihan perekonomian pesantren, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).


“Supaya kalau ada lembaga yang butuh terkait data dan informasi itu kita bisa memfasilitasi,” tambah jebolan S2 Manajemen Informatika Universitas Indonesia tahun 2003 ini.


Oleh karena itu, diharapkan ketika pendataan, pihak pesantren mendukung dengan melakukan transparasi data. Sebab, data tersebut menjadi acuan penda untuk menyesuaikan kebutuhan di masing-masing lembaga yang telah terdaftar.


Contoh sederhana, lanjut dia, ketika pesantren itu berfokus pada bidang pertanian atau perekonomian, hendaknya data yang dicantumkan pun sesuai dengan kondisi di lapangan.


“Artinya, antara yang kita beri intervensi dan yang kita diklat itu memang basisnya data. Jangan sampai tidak punya kegiatan perekonomian, tapi ikut entrepreneurship, itukan sia-sia,”  ujarnya.


“Jadi, kita memang fungsinya menyiapkan data dan informasi untuk unit-unit yang memang punya program untuk pesantren, Begitu,” tandas Sunarini.


Dalam kegiatan yang mengundang 50 orang tersebut disampaikan bahwa hasil survei tentang tiga layanan pesantren siap diseminarkan di Bogor selama 2 hari, Kamis-Jumat, 26-27 Agustus 2021.


Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori