Nasional

Prof Nuh: Bonus Demografi Jadi Modal NU dalam Pendidikan Indonesia, Jika…

Jum, 14 Agustus 2020 | 15:00 WIB

Prof Nuh: Bonus Demografi Jadi Modal NU dalam Pendidikan Indonesia, Jika…

Ketua PBNU Prof M Nuh dalam sebuah acara. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan, Prof H Muhammad Nuh, mengatakan model pembelajaran paling tepat di era pandemi Covid-19 adalah secara daring. Namun, sampai saat ini infrastruktur dan sarana pembelajaran tersebut belum tersedia secara maksimal sehingga banyak keluhan muncul. 


Jika pembelajaran secara daring tidak tertangani dengan baik, maka menurut dia akan terjadi ‘loses in learning, poverty in learning, and stunting learner’ (Kehilangan dalam pembelajaran, kemiskinan dalam pembelajaran, dan memunculkan pembelajar yang kerdil).


“Muaranya nanti akan terjadi gap atau disparitas yang semakin lebar. Kelompok bawah terdampak paling besar dan serius,” jelasnya saat berbicara pada Webinar Nasional dalam rangka Harlah ke-29 Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara bertema Sinergi Jam’iyyah, jami’ah, dan Jama’ah NU merupakan Peradaban Islam Nusantara, Jumat (14/8).


Namun, lanjut Prof Nuh, bagaimana pun pendidikan harus terus berjalan. Tidak boleh berhenti. Esensi dari pendidikan menurut dia adalah belajar, belajar, dan belajar. Termasuk belajar di universitas kehidupan. Dalam menghadapi kondisi ini, NU memiliki modal yang sangat berharga untuk terus memaksimalkan dunia pendidikan, yakni Bonus Demografi.


“Masa puncak usia produktif akan terjadi mulai 2021-2036. Komposisi penduduk Indonesia 87% Muslim dan 75% nya NU. Maka, 65% penduduk Indonesia adalah NU. Jadi, populasi usia produktif terbesar adalah NU,” tandas Prof Nuh.


“Ini akan menjadi bonus demografi bila berkualitas. Kalau tidak berkualitas, justru akan menjadi bencana demografi. Kualitas dipengaruhi oleh pendidikan, kesehatan, dan pendapatan perkapita,” sambungnya.


Penentu masa depan
Melihat potret ini, lanjut dia, NU akan menjadi penentu masa depan Indonesia. Sehingga tidak ada alasan orang akan meninggalkan NU karena jika menginginkan Indonesia Jaya, maka harus bersama NU. Sumber daya manusia (SDM) NU juga harus meningkatkan kualitas diri dengan menyempurnakannya melalui lima kecerdasan, bukan hanya tiga.


“Biasanya, ada tiga kecerdasan yakni Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ). Ini adalah kecerdasan-kecerdasan yang bersumber pada manusia. Tapi, ada kecerdasan baru yang kita butuhkan, yaitu yang namanya Digital Quotient (DG), dan NU Quotient (NUQ),” ungkap Mendikbud periode 2009- 2014 ini.


Warga NU, kata dia, harus meng-eksplore NU Quotient, yakni kecerdasan yang berasal dari nilai-nilai NU. “Ini dalam rangka memperkuat peran NU melalui SDM berkualitas sehingga bisa memberi peran maksimal di era modern,” pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori