Nasional

Prof Nasaruddin Umar: Al-Qur'an, Surat Cinta Mengajak Kekasih-Nya Mudik ke Kampung Halaman

Sel, 4 Mei 2021 | 22:00 WIB

Prof Nasaruddin Umar: Al-Qur'an, Surat Cinta Mengajak Kekasih-Nya Mudik ke Kampung Halaman

"Mudik ke kampung halaman yang dimaksud itu adalah surga," kata Prof Nasaruddin Umar. (Foto: Nasaruddinumar.id)

Jakarta, NU Online

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Nasaruddin Umar mengatakan, Al-Qur'an merupakan surat cinta Allah SWT kepada umat manusia untuk mengajak kekasih-Nya mudik di kampung halamannya. 

 

Hal ini disampaikan Prof Nasaruddin dalam Webinar Internasional memperingati Nuzulul Qur'an yang digelar Persatuan Guru Nahdatul Ulama (Pergunu) Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (4/5).

 

"Al-Qur'an ialah surat cinta Tuhan kepada manusia untuk memanggil pulang kekasihnya, surat cinta untuk mengajak kekasihnya mudik ke kampung halamannya," katanya dalam acara bertajuk Esensi Al-Qur'an di Era Digital dan Pandemi: Relasi antara Tekstual dan Kontekstual dalam Meneropong Realitas Kebangsaan.

 

Mudik ke kampung halaman yang dimaksud Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah itu adalah surga. "Sekarang kita tidak boleh mudik (larangan pemerintah). Mudik saja kita ke kampung halaman spritual kita, yaitu surga," ujarnya.

 

Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an mengatakan, sebetulnya aslinya manusia itu diciptakan di surga, baik Adam maupun Hawa. Hanya karena Adam dan Hawa melakukan pelanggaran sehingga jatuh ke bumi. Namun Allah SWT meminta manusia untuk kembali.

 

"Dengan demikian Al-Qur'an adalah surat cinta yang juga berisi undangan, sekaligus berfungsi sebagai tiket masuk ke kampung halaman kita di sana (surga). Dengan kata lain Al-Qur'an membumi untuk melangitkan," jelasnya.

 

"Tidak ada artinya kita berbicara tentang pembumian Al-Quran, kalau hasilnya tidak mampu melangitkan manusia," tegas tokoh Islam Indonesia kelahiran 23 Juni 1959 Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan itu.

 

Wakil Menteri Agama RI tahun 2011-2014 ini mengungkapkan bahwa jalan untuk melangitkan manusia, semua orang harus sadar bahwa dirinya berasal dari maha satu, qul huwallahu ahad, Allah itu Maha Esa.

 

"Jadi semakin ke atas kita, maka semakin satu kita. Semakin ke bawah kita, maka semakin terpisah-pisah kita," beber Prof Nasar, yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

 

Dia juga menyampaikan bahwa dalam Al-Qur'an memiliki empat kandungan atau lapisan. Pertama, ibarah (untuk orang awam). Kedua, isyarah (untuk khwas). Ketiga, lathaif (untuk para wali). Keempat, haqaiq (untuk para nabi).

 

Hal ini menurutnya seperti saat pertama kali Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui melaikat Jibril yakni Al-Qur'an surah Al-Alq ayat 1-5. Malaikat Jibril menyebut "Iqra" sebanyak empat kali.

 

"Maka itu Jibril juga empat kali mengulang-ulang Iqra', Iqra Ma ana bi qari, Iqra Ma ana bi qari, Iqra' bismi rabbik, dan Iqra' warabbukal akram," bebernya penulis buku Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur'an dan Hadis itu.

 

Kontributor: Ridwan
Editor: Kendi Setiawan