Prof M Nuh: Warga NU Sedang Mengalami Mobilitas Vertikal
Sabtu, 13 November 2021 | 14:03 WIB
Muhammad Faizin
Kontributor
Bandarlampung, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Muhammad Nuh menyebut bahwa saat ini warga NU sedang mengalami kondisi yang ia sebut sebagai Mobilitas Vertikal yakni tren meningkatnya pergerakan dan penyebaran warga NU. Ia memberi contoh, kader-kader NU saat ini sudah memiliki beragam profesi dan memiliki potensi tinggi dalam berbagai sektor kehidupan.
"Pada tahun 70-an mencari dokter di NU sangat susah. Saat ini sudah banyak kader NU yang jadi dokter spesialis," katanya saat hadir pada acara peluncuran Duta Kartanu Nasional dan Bimtek Admin Kartanu di Universitas Malahayati Bandarlampung, Sabtu (13/11/2021).
Contoh lain, saat ini kader-kader NU juga sudah bisa menjadi ilmuan berpengaruh dunia di antaranya Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Achmad Syafiuddin yang masuk dalam daftar ilmuwan top dunia versi Elsevier. Ia menjadi ilmuan berpengaruh peringkat ke-18 versi lembaga penerbit terkemuka dunia yang mengelola Scopus atau database sitasi dan literasi jurnal ilmiah ini.
Kondisi mobilitas vertikal ini harus dipertahankan dan ditingkatkan karena menurut Prof. Nuh, akan ada situasi naik turunnya kehidupan seperti kurva ‘S’. "Dalam kehidupan termasuk organisasi ada kurva 'S' yakni kondisi naik turun. Ada tiga hal dalam kurva S yakni investasi, pertumbuhan, dan stagnan. Jika terjadi stagnan maka harus di-planning kembali agar muncul kurva S kembali di periode keduanya," ungkapnya.
Sehingga jelang 100 tahun NU ini menjadi momentum tepat bagi ormas keagamaan terbesar di Indonesia ini untuk melakukan transformasi semangat resolusi jihad kepada program-program real khususnya bidang pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
“Jangan terjebak stigma jika NU hanya ngurusi pesantren. Harus terus bergerak seperti titik yang ditarik menjadi garis. Ditarik lagi membentuk bidang dan ditarik lagi menjadi ruang,” Prof Nuh mencontohkan pergerakan NU yang ideal.
Pada kesempatan tersebut ia pun mengingatkan bahwa di era modern saat ini, metode dakwah juga harus terus diadaptasikan dengan perubahan zaman. Terkait hal ini, Nahdlatul Ulama harus terus melakukan terobosan-terobosan cara dakwah karena menurutnya tentu berbeda cara dakwah bagi kaum milenial dengan dakwah bagi kaum 'kolonial'.
Jelang satu abad usianya, mau tidak mau NU harus terus menguatkan dakwah digital yang saat ini sudah memasuki zamannya. Ia mengungkapkan bahwa banyak paham keagamaan saat ini yang mampu mengambil hati para generasi milenial melalui model pendekatan yang mudah diterima, sesuai dengan zaman, dan gaya hidup kekinian.
"NU juga harus meluaskan rumah untuk para generasi muda. Kalau tidak luas maka mereka akan kost di rumah sebelah," katanya.
Sementara Sekretaris Jendral PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini yang juga hadir pada kesempatan tersebut mengajak warga NU untuk mensyukuri nikmat keberadaan dan kebesaran NU yang sampai saat ini masih terus terjaga. Warga NU harus bisa mewujudkan harapan para pendiri NU dalam mendirikan jamiyyah NU.
Ada tiga hal yang harus dipastikan oleh NU tetap terjaga dengan baik dalam beragama dan berbangsa. Tiga hal tersebut adalah memastikan Islam Ahlussunnah wal Jamaah tetap kuat di Nusantara, mengawal jalannya negara dengan ideologi Pancasila dalam wadah Negera Kesatuan Republik Indonesia, dan peningkatan kualitas kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor:Kendi Setiawan
Terpopuler
1
PBNU Tunjuk Ali Masykur Musa Jadi Ketua Pelaksana Kongres JATMAN 2024
2
Ulama Sufi Dunia Syekh Muhammad Hisham Kabbani Wafat dalam Usia 79 Tahun
3
GP Ansor DIY Angkat Penjual Es Teh Sunhaji Jadi Anggota Kehormatan Banser
4
Ricuh Aksi Free West Papua, PWNU DIY Imbau Nahdliyin Tetap Tenang dan Tak Terprovokasi
5
Khutbah Jumat: Meraih Keselamatan Akhirat dengan Meninggalkan 6 Perkara
6
GP Ansor Jatim Ingin Berangkatkan Umrah Bapak Penjual Es Teh yang Viral dalam Pengajian Gus Miftah
Terkini
Lihat Semua