Nasional

Pra-Munas di Manado Angkat NU dan Kebhinekaan

NU Online  ·  Jumat, 10 November 2017 | 02:14 WIB

Pra-Munas di Manado Angkat NU dan Kebhinekaan

Foto: manadoonline

Jakarta, NU Online
Masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) dikenal sebagai salah satu miniatur keberhasilan dari pelaksanaan toleransi kehidupan beragama dengan latar belakang budaya yang beragam. Saudara-saudara kita dari pemeluk Nasrani yang mayoritas punya sikap toleran dan empati yang tinggi terhadap masyarakat Muslim yang minoritas, dan begitu pula sebaliknya, masyarakat Muslim tahu duduk soal dirinya: bagaimana bertindak dan berprilaku sebagai masyarakat yang minoritas.

Karena saling mengerti dan saling berempati inilah, masyarakat di Sulut ini hidup dalam suasana damai. Tak terjadi gejolak seperti di tempat-tempat lain. Gambaran positif inilah yang, antara lain, menjadi latar belakang Pra-Musyawarah Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas dan Konbes NU 2017) ini dilaksanakan di Kota Manado. Artinya, PBNU ingin menyerap nilai-nilai positif dari kehidupan masyarakat Sulut untuk dijadikan nilai tambah bagi kehidupan masyarakat majemuk secara nasional. Karena itu pula PBNU sengaja mengambil tema, NU dan Kebhinekaan.

Kegiatan Pra-Munas Konbes di Manadao diisi dengan seminar yang akan dibuka oleh Gubernur Sulut, Olly Dondokambey di Hotel Aryaduta Manado, Sabtu 11 November. Seminar menghadirkan dua pembicara utama, yaitu: KH. Said Agil Siroj (Ketua Umum PBNU) serta Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri.

Seminar juga akan menerima masukan KH. Yahya Cholil Staquf (Katib 'Aam Syuriyah PBNU), serta Pendeta AWB Sumakul (Ketua Sinode Gereja Injili Minahasa), dan Yong Ohoitimur (Rektor Universitas Delasale).

Kegiatan tersebut rencananya diikuti para utusan dari pengurus wilayah NU se-Indonesia Timur yang meliputi Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara, NTT, Bali, Gorontalo, Sulsel, Sulteng, Sulbar dan Sultra, di samping Ormas dan FKUB se-Provinsi Sulut sendiri. Khusus untuk Sulut Pra-Munas Alim Ulama dan Konbes NU juga melibatkan para utusan dari PCNU, Badan Otonom dan Lembaga NU se-Provinsi Sulut.

Menurut Ketua PBNU Robikin Emhas yang juga Ketua Panitia Pusat Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017, rangkaian kegiatan Pra-Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Manado merupakan kegiatan yang keempat.

Sebelumnya telah berlangsung di Zona Indonesia Tengah di Palangkaraya Kalimantan Tengah pada 20 Oktober 2017. Kegiatan Pra-Munas Alim Ulama dan Konbes NU kedua di Zona Indonesia Barat berlangsung di Lampung 3-4 November 2017.

"Manado sengaja dipilih, karena daerah ini dikenal sebagai miniatur keragaman di Indonesia," kata Robikin, Jumat (10/11).

Ditegaskan pula bahwa, keragaman atau kebhinekaan adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Itu adalah karunia Tuhan yang harus kita pelihara. Jangan sebaliknya, kebhinekaan dirusak dan dijadikan alat mendestruksi harmoni sosial dan kehidupan berbangsa dan bernegara," imbuh Robikin.

Amin Lasena, Ketua Panitia Lokal Pra-Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Manado menyatakan, ada dua hal hingga acara kegiatan ini terselenggara di Manado. Pertama, katanya, ini adalah bentuk kepercayaan PBNU pada PWNU Sulut. Kedua, tambah Amin Lasena, karena huhungan baik NU dengan para pimpinan di Sulut.

"PWNU dan Gubernur punya visi yang sama untuk terus mempertahankan Sulut sebagai miniatur kebhinekaan. Karena itu kami mendukung sepenuhnya kepemimpinan Gubernur," ujar Amin.

Pra-Munas Alim Ulama dan Konbes NU Zona Indonesia Timur di Manado ini secara bersamaan juga berlangsung di Jawa Barat, tepatnya Purwakarta, sebagai rangkaian kegiatan Pra-Munas Alim Ulama ketiga, yang secara khusus membahas Bahtsul Masail. (Red: Kendi Setiawan)