Nasional

Potensi Tsunami 8-10 Meter di Selatan Jawa, BMKG Imbau Masyarakat Tidak Cemas Berlebihan

Kam, 10 Agustus 2023 | 11:00 WIB

Jakarta, NU Online
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebut bahwa ada potensi tsunami setinggi 8-10 meter yang bisa menerjang pantai Selatan Jawa. Hal ini berdasarkan pada keberadaan sumber gempa subduksi lempeng atau megathrust dengan magnitudo tertarget M 8,7 di selatan Jawa masih terus aktif. 


Di samping itu, ia juga menyebutkan adanya sumber gempa Sesar Opak di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai magnitudo tertarget M 6,6. Menurut Dwikorita Karnawati aktivitas sumber ini juga masih cukup aktif.


"Sesar Opak merupakan sumber gempa yang jalurnya terletak di daratan ini memang aktif dan belum berhenti aktivitasnya. Sedangkan di Samudra Hindia selatan Yogyakarta juga terdapat sumber gempa subduksi lempeng atau megathrust, yang juga masih sangat aktif," ungkapnya sebagaimana pada laman resmi BMKG, bmkg.go.id dikutip NU Online, Kamis (10/8/2023).


Sesar Opak adalah salah satu sesar aktif yang membentang dari utara hingga selatan Yogyakarta, tepatnya di sekitar aliran Sungai Opak dengan panjang kurang lebih 45 kilometer.


Sungai Opak sendiri berhulu dari lereng Gunung Merapi, lalu mengalir ke selatan dengan muara langsung ke Samudra Hindia di Pantai Parangtritis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 


Menurut Dwikorita, gejala peningkatan aktivitas kegempaan akibat Sesar Opak saat ini mulai tampak. Seperti halnya gempa magnitudo 6,0 yang terjadi di Kabupaten Bantul 30 Juni 2023 lalu. Beruntungnya, gempa tersebut hanya menyebabkan kerusakan ringan, karena struktur bangunan yang cukup baik di daerah Bantul.


Kendati demikian, ia mengajak kepada masyarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) khususnya untuk tetap waspada dengan melakukan mitigasi dan antisipasi terkait kebencanaan. Karena bila ditarik jauh ke belakang, pada 27 Mei 2006 silam, aktivitas Sesar Opak sempat menyebabkan gempa bumi yang sangat merusak. Bahkan telah menewaskan 6.234 orang.


"Peluang periode ulang untuk terjadi gerakan lagi atau pengunciannya mulai lepas tampak dari aktivitas kegempaannya yang saat ini mulai meningkat. Kesiapsiagaan masyarakat harus terus ditingkatkan, jangan terputus," terang Dwikorita.


Upaya masyarakat untuk terus keng-update pemahaman tentang kebencanaan pada situasi demikian sangat diperlukan. Dwikorita menegaskan perlunya pelatihan-pelatihan mitigasi yang dilakukan secara terus menerus. Langkah ini penting untuk terus meningkatkan ketangguhan yang berkelanjutan (sustainable resilience).


"Jadi tidak boleh berhenti upaya mitigasi dan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat. Khususnya yang tinggal di wilayah pesisir karena ancaman tsunami juga menghantui selain gempa bumi," ungkapnya.


Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Daryono membenarkan terkait adanya kenaikan kenaikan aktivitas Sesar Opak sesuai dengan hasil monitoring gempa bumi yang dilakukan oleh BMKG.


"Kenaikan aktivitas Sesar Opak tampak dari monitoring gempa bumi oleh BMKG di jalur sesar ini yang ternyata membentuk kluster aktivitas kegempaan yang sangat aktif dan intensif," ucapnya sebagaimana dikutip dari Tirto.id.


Masyarakat tak perlu cemas berlebih
Daryono mengimbau kepada masyarakat khususnya yang tinggal di DI Yogyakarta agar tidak cemas atau takut berlebihan. Menurutnya pemahaman masyarakat Yogyakarta dan Bantul tentang upaya mitigasi kebencanaan saat ini sudah lebih baik. Hal ini bisa dilihat saat gempa Bantul dengan magnitudo M 6,0 terjadi pada 30 Juni 2023 lalu hanya menyebabkan kerusakan ringan.


"Ini salah satunya berkat antisipasi struktur bangunan yang cukup baik pasca gempa Bantul 2006," jelasnya.


Menurutnya, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah melakukan mitigasi yang baik dan benar secara berkelanjutan. Baik mitigasi struktural dengan membangun bangunan rumah dengan struktur yang lebih kokoh, maupun mitigasi non-struktural misalnya dengan melatih masyarakat untuk memahami tips selamat saat terjadi gempa.