Nasional

Potensi Triliunan Zakat, NUCash Ingin Platform Digital Ciptakan Kemaslahatan

Rab, 5 April 2023 | 02:00 WIB

Potensi Triliunan Zakat, NUCash Ingin Platform Digital Ciptakan Kemaslahatan

Chief Executive Officer (CEO) NUCash/Ketua PBNU, Muhammad Syafi’i Alieha (Savic Ali). (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Era teknologi digital memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat, tidak hanya untuk aktivitas sehari-hari, tetapi juga untuk kegiatan perdagangan dan transaksi jual beli. Lebih dari itu, teknologi digital memberikan banyak keuntungan dalam bentuk materi bagi mereka yang mampu membaca peluang bisnis di dalamnya. 


Hal inilah yang dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO) NUCash Muhammad Syafi’i Alieha atau yang biasa disapa Savic Ali, dalam merespons transformasi digital di Indonesia. Dorongan Savic Ali untuk mengembangkan aplikasi pembayaran sekaligus aplikasi donasi, zakat, infak dan sedekah (ZIS) dalam bentuk platform digital, semata-mata agar kehadiran teknologi tersebut memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas, terlebih warga Nahdlatul Ulama.

 

"Jadi dalam dunia digital banyak kebaikan, banyak kemaslahatan yang juga bisa diciptakan," kata Savic dalam tayangan Potensi Ekonomi Digital Warga NU Triliunan, Jangan sampai Tertinggal pada kanal Youtube NU Online diunggah Selasa (4/4/2023). 


Savic Ali yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengatakan, jumlah umat Muslim dan warga NU di Indonesia adalah mayoritas. Dengan jumlah penduduk Muslim Indonesia yang mencapai 200 juta lebih maka apabila melakukan donasi atau melakukan pembayaran zakat, infak dan sedekah di platform digital, jumlahnya bisa mencapai Rp1 triliun lebih dalam setiap tahunnya. 


"Peluangnya sangat besar, ada Rp1 T lebih uang zakat infak sedekah di Indonesia itu. NU saya kira belum benar-benar mampu melihat potensinya. Di situ, saya beberapa kali berdiskusi dengan teman-teman yang bergerak di ZIS setiap tahun peningkatannya luar biasa termasuk yang lewat platform digital," ucapnya lagi. 

 

Savic menambahkan, penghimpunan ZIS di lembaga filantropi saat ini memang masih didominasi oleh pembayaran yang bersifat offline seperti ZIS milik korporasi. Namun, melihat penduduk Muslim di Indonesia yang mencapai 78 persen memberikan optimisme tersendiri. Apalagi karakteristik masyarakat Indonesia sebagai masyarakat paling dermawan di dunia. Hal ini memungkinkan, penghimpunan ZIS dari sektor platform digital cukup optimal.


Sebagai contoh bahwa tingginya animo masyarakat terhadap pembayaran zakat, Savic mengaku beberapa kali dihubungi teman-temannya. Mereka banyak bertanya terkait dengan cara pembayaran zakat untuk yayasan anak yatim. 


Karena pertanyaan-pertanyaan ituah, NUCash merencanakan akan segera menyediakan fitur tambahan khusus penerimaan ZIS untuk yayasan yatim piatu dan masjid. Memang, kata Savic, saat ini fitur yang ada di NUCash baru fitur donasi dan pembayaran ZIS untuk pesantren saja. 


Prinsipnya menurut Savic, kehadiran platform digital akan memudahkan masyarakat dalam membayar dan mentasarufkan zakat. Oleh sebab itu, dia mengajak kepada seluruh warga NU dan umat Muslim di Indonesia agar memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan kemaslahatan. Melalui ZIS yang dibayarkan pengguna teknologi digital, akan cukup membantu fakir miskin dan mustahik zakat lainnya dalam mendapatkan haknya. 


"Seperti yang saya sampaikan di awal, kita semua beli sarung, kita semua beli kitab setiap tahun, tapi tidak banyak generasi NU yang memanfaatkan potensi itu. Saya berharap NU sebagai organisasi Muslim terbesar di Indonesia mampu menggalang ZIS dalam skala besar. Harusnya angkanya triliun dalam setahun karena potensinya besar sekali," tutur Savic.


Sebelumnya, Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI Noor Achmad mengatakan hal yang sama bahwa potensi zakat di Indonesia cukup tinggi. Bahkan kata dia, jumlahnya mencapai Rp327 triliun per tahun. 

 

Hal itu katanya didasarkan dari laporan pusat kajian strategis Baznas RI. Noor membeberkan, potensi tersebut meliputi zakat penghasilan, jasa pertanian, perkebunan, peternakan, dan sektor lainnya.


"Zakat merupakan salah satu potensi penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Apalagi masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius, dermawan, dan memiliki kepedulian sosial terhadap orang di sekitar yang membutuhkan bantuan," ujarnya belum lama ini. 


Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan