Semarang, NU Online
Kehadiran pesantren salaf tidak bisa dikesampingkan. Pesantren salaf menawarkan materi-materi yang justru menjadi kebutuhan manusia masa kini. Di pesantren itu, santri dibekali aneka keterampilan selain ta’lim, tarbiyah, ta’dhim (penghormatan), taaddub (tata krama), dan tarbiyah rohaniyah (pendidikan jiwa).
<>
Demikian dinyatakan pengasuh pesantren Tegalrejo KH Yusuf Chudhori yang mewakili PP RMI NU dalam diskusi “Eksistensi Pesantren Salaf di era Pendidikan formal” yang menjadi rangkaian Rakerwil RMI NU Jateng di asrama haji Islamic Centre Jawa Tengah, Sabtu (18/1).
“Hari ini kalau ingin mencari pekerjaan bukanlah pakai sekadar ijazah, tapi bukti keterampilan dan kemampuan individu,” terang Gus Yusuf.
Dulu pesantren salaf hanya menjadi alternatif pendidikan. Kini kenyataan itu sudah berubah. Pasalnya, orang tua sekarang memercayakan pesantren salaf sebagai sistem terbaik untuk membentengi akhlaq dan akidah.
Gus Yusuf menambahkan, orang tua memasrahkan anaknya masuk pesantren API Tegalrejo, Al-Anwar Sarang dan Lirboyo. Lulus Sekolah Dasar, mereka langsung masuk pesantren. Tahun ini sekitar 100-200 anak masuk API. Sebanyak 600 tercatat sebagai santri baru. Demikia terjadi di pesantren Ploso dan Lirboyo.
Di Tegalrejo misalnya, ia telah merintis pesantren entrepreneur dua tahun terakhir. Sebanyak 300 santri yang ingin latihan kerja ikut pesantren ini. Mereka, lanjut Gus Yusuf, dilatih selama sebulan sejak dari cara berpikir, penanaman jiwa kewirausahaan, penguatan keterampilan, hingga pendampingan.
Tema ini, menurut Gus Yusuf, semakin menegaskan sesungguhnya benteng terakhir NU adalah pesantren salaf. Tanpa mengesampingkan peran pesantren modern, kita sangat membutuhkan pesantren salaf.
NU dalam hal ini memiliki langgam strategis; al-muhafadhatu bil qodimish sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Inilah yang perlu kita pikirkan sekarang, tandas Gus Yusuf.
Sementara Rais Syuriyah Jawa Tengah Kiai Ubaidillah menambahkan, kita perlu menguatkan pesantren masing-masing, “Terutama bagaimana menyusun dan menambahkan metodologi yang sesuai dengan perkembangan zaman.” (Mukhamad Zulfa/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
3
Cerpen: Tirakat yang Gagal
4
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
5
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua