Nasional

Politik NU Pulihkan Peran Negara

Jum, 9 Mei 2014 | 09:03 WIB

Yogyakarta, NU Online
Politik yang dibangun NU bukan sekadar menyoal dukungan terhadap calon presiden atau calon wakil presiden tertentu. Politik tingkat tinggi NU lebih kepada pemulihan peran negara agar tidak absen dari pelbagai tugas yang diemban negara itu sendiri.
<>
Demikian disampaikan Dosen Fisipol UGM AA GN Ari Dwipayana dalam sarasehan nasional “Ulama Pesantren dan Cendekiawan” yang berlangsung di asmara haji jalan Letjen Haryono nomor 42 Yogyakarta, Rabu (7/5).

Ia juga menyampaikan, soal paling penting ialah merevolusi mental sebagai bangsa. Karena saat ini kita kehilangan diri sebagai bangsa. “Mental inilah yang harus direvolusi. Kita adalah bangsa besar. Saat ini kita mengalami krisis kemandirian dan identitas,” tambahnya.

Krisis dalam sejarah di berbagai negara, menurut Ari, membawa kebangkitan. Revolusi kebudayaan di masyarakat, penting untuk dibangun ke depan. Krisis ini berdampak di sendi-sendi masyarakat.

“Penjajahan itu bertentangan pada keadilan. Kalau dulu pada zaman penjajahan, kita dijajah bangsa lain, namun saat ini kita dijajah bangsa sendiri. Globalisasi dan kecenderungan kapitalisasi tidak bisa dihindari. Kita larut dan tergerus, atau kita lawan,” ujar Ari.

Lain halnya itu, para pendiri negara kita dahulu melindungi bangsa dengan membangun sistem. Pemimpin itu penting, pemimpin harus punya harapan.

“Tetapi gerakan-gerakan kolektif juga tidak kalah penting. Tidak sepenuhnya semua hal bisa dilakukan semua negara. NU bisa mengambil peran dalam mendampingi petani, melawan adanya kapitalisasi di pertanian,” kata Ari.

Menanggapi hal itu, pengasuh pesantren Nurul Ummahat Kota Gede Yogyakarta Abdul Muhaimin menyatakan keprihatinannya. Kita sepakat menolak kapitalisme tapi kita juga menikmati produk-produk kapitalisme. Selesai tahlilan, kita pulang bawa tas berisi mie instan.

"Usul saya, setiap santri pulang dibangunkan langgar. Inilah yang hilang sekarang ini. kalau ada langgar maka kita tidak akan krisis identitas,” ujarnya.

Karena dengan langgar, lanjut Muhaimin, hubungan kita dengan masyarakat sangat kental. Kita bisa menanamkan jiwa-jiwa nasionalisme kepada masyarakat. (Nur Sholikhin/Alhafiz K)