Nasional

Petisi Mendukung Petani Urutsewu

NU Online  Ā·  Rabu, 26 Maret 2014 | 07:00 WIB

Kampanye di media sosial terus dilakukan oleh Aliansi Solidaritas Budaya untuk Masyarakat Urutsewu, kelompok yang terdiri dari gabungan berbagai organisasi seperti organisasi petani, seni, intelektual, aktivis, dan lembaga swadaya masyarakat. Selain kampanye di twitter dengan hastag #Urutsewu, Aliansi ini juga menggalang dukungan masyarakat lewat petisi on-line di change.org.

Menurut Angga Palsewa Putra, koordinator umum Aliansi, petisi on-line hanyalah salah satu bentuk kampanye media sosial yang dilakukan oleh Aliansi. ā€œAda banyak strategi kampanye yang kami lakukan. Petisi adalah salah satunya. Selain Petisi, misalnya ada juga foto selfie Selamatkan #Urutsewu,ā€ kata Angga.

Menurut Angga, acara inti tetaplah Arak-arakan Budaya yang akan diadakan di Urutsewu, Kebumen pada 16 April 2014 mendatang. Berbagai bentuk kampanye media sosial yang dilakukan mulai dari sekarang, termasuk acara penggalangan dana yang dilakukan di kampus-kampus seperti Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Muhammmadiyah Yogyakarta, serta di ruang-ruang publik lain di Yogyakarta, adalah bentuk-bentuk kampanye yang memberikan kesempatan bagi masyarakat luas yang peduli dengan ketidakadilan yang terjadi terhadap petani di Urutsewu.

Sementara itu, Pengarang Dwi Cipta yang menjadi bagian dari tim kampanye media sosial Aliansi menyatakan bahwa petisi dibuat dengan harapan selain sebagai media menampung partisipasi masyarakat sekaligus untuk menyosialisasikan isu konflik agraria di Urutsewu itu sendiri.

Dwi Cipta, yang juga adalah salah seorang inisiator petisi terhadap buku ā€œ33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh,ā€ akan ikut ambil bagian dalam Arak-Arakan Budaya yang akan diadakan di Urutsewu. Sebagai pengarang, dia akan mencoba berbagai strategi dengan menggunakan kemampuan kepengaranganya untuk menjadi bagian dari gerakan sosial yang membela para petani Urutsewu sekaligus mengkontekstualisaskan kembali seni itu sendiri, ā€œini bagian untuk mengembalikan seni ke khittah-nya, yaitu masyarakat yang menjadi konteks sekaligus penikmat karya seni itu sendiri, sekaligus untuk memberikan orientasi baru kesenian kita dewasa ini yang semakin menjauh dari persoalan-persoalan riil masyarakat kita,ā€ tandas Dwi Cipta.

Petisi yang dapat ditandatangani di laman Change.org ini memiliki beberapa tuntutan, misalnya mendesak pemerintah untuk mengakui kepemilikan tanah petani Urutsewu dan desakan kepada TNI Kodam Diponegoro untuk menghentikan pemagaran tanah rakyat di Urutsewu.

Sementara itu, melalui surel, Dhenok Pratiwi, Communication Officer di Change.org menyebutkan bahwa petisi on-line seperti Change.org ā€œtak lebih dari sekedar platform terbuka yang bisa dimanfaatkan siapa saja untuk kampanye sosial. Mesinnya adalah para pembuat petisi dan setiap orang yang mendukung petisi. Jadi untuk membuat kampanye ini berhasil, para pembuat petisi harus aktif menyebarkannya ke lebih banyak orang,ā€ kata Dhenok. (Bosman Batubara/Abdullah Alawi)