Nasional

Ini Pesan Aneh Mbah Din

NU Online  ·  Senin, 30 April 2018 | 03:15 WIB

Cirebon, NU Online
Pemilik Pesantren Motivasi Indonesia KH Nurul Huda (Enha) melakukan persaksian tentang kedekatannya dengan sosok Sesepuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon KH Nahduddin Royandi Abbas (Mbah Din). 

"Ketika itu saya pulang umrah dan langsung ke London. Waktu itu suasana di Indonesia sedang kacau soal Pilkada DKI sehingga beliau sampaikan pesan ke saya. Salah satunya adalah soal tempat yang harus diziarahi, yaitu Jabal Uhud dan depannya Raudhah," kata Kiai Enha, di Pondok Al-Murtadho Buntet Pesantren Cirebon usai prosesi pemakaman Mbah Din, Ahad (29/4) malam.

Kiai Enha heran, karena tempat yang biasanya dikunjungi di tanah suci itu adalah Multazam, Raudhah, Sofa-Marwah, dan Hijir Ismail. Namun, ia mengiyakan permintaan Mbah Din. 

"Saya ini sudah ratusan kali berangkat umrah, tapi kenapa pesan panjenengan ini kok aneh sekali? Ya sudah pokoknya datangi dua tempat itu," katanya, mendialogkan pertemuan dengan pimpinan tertinggi Pondok Pesantren Cirebon itu. 

Kemudian, Mbah Din berpesan tentang hikmah yang melanda ulama dan umat. Salah satunya adalah Indonesia akan diuji melalui Pilkada DKI karena akan berlanjut hingga Pilpres. 

"Maka kondisi seperti itu, menurut saya sebagai bagian dari upaya untuk kasysyaf beliau agar terus menyuarakan kepentingan umat dan diarahkan untuk sam'an (mendengar) wa tho'atan (patuh) kepada pemerintah. Dulu boleh berbeda saat pemilihan, tapi begitu sudah terpilih harus diterima, apapun resiko dan ketidaksukaannya," ungkap pemilik travel umrah itu. 

Menurutnya, seperti itulah yang diajarkan para ulama termasuk Mbah Din. Dengan ajaran yang seperti itu, lanjut Kiai Enha, Mbah Din terlihat menjadi sangat bijak. 

"Tapi, beliau kalau tidak suka dengan orang, pasti langsung ngomong di depan orangnya dan kemudian diberi nasihat. Contoh, di Inggris itu kebanyakan penceramah dari kalangan Wahabi," tuturnya. 

Kalangan Wahabi dalam ceramahnya, sangat sering mengungkapkan ketidaksukaannya pada Gus Dur dan Nahdlatul Ulama dengan kata-kata yang sangat tidak pantas. Namun, kemudian nasihat Mbah Din sangat bijak sekali.

"Berbeda boleh, tapi memilih kalimat bijak itu lebih baik. Beliau itu orangnya sangat tawadhu dan gemar menuntut ilmu. Jadi, di mana pun ada ceramah, beliau selalu hadir. Nah, si penceramah tadi yang ditegur itu kini ngomongnya sudah bagus," pungkasnya. 

KH Nahduddin Royandi Abbas wafat pada Rabu (25/4) di Barnett Community Hospital, London, Inggris. Setelah segala keperluan pemulangan diselesaikan, jenazahnya tiba di Bandara Soekarno Hatta pada Ahad (29/4) pukul 16.15 WIB dan dikebumikan di Makam Gajah Ngambung pada pukul 22.00 WIB. (Aru Elgete/Muiz)