Nasional

Perkuat Spiritualisme dan Tasawuf untuk Tangkal Ideologi Radikal

NU Online  ·  Jumat, 29 Juni 2018 | 18:15 WIB

Perkuat Spiritualisme dan Tasawuf untuk Tangkal Ideologi Radikal

Halaqah Kiai dan Nyai PSP

Bogor, NU Online
Penguatan spiritualisme melalui pemahaman ilmu-ilmu tasawuf mempunyai peran penting dalam upaya menangkal ideologi radikal. Hal ini disebabkan, karena tasawuf memberikan motivasi dan sugesti kepada seseorang untuk berpikir baik dan benar.

Demikian disampaikan Kabag Banops Densus 88 Antiteror Mabes Polri Kombes Pol Ahmad Nurwakhid, Jumat (29/6) saat mengisi kegiatan Halaqah Kiai dan Nyai yang digelar Pusat Studi Pesantren (PSP) di Bogor, Jawa Barat.

Pendalaman ilmu-ilmu tasawuf juga diberikan kepada seluruh personel Densus 88 agar tetap mengedepankan akhlak dalam bertugas. “Selain itu juga membentengi personel polisi dari ideologi-ideologi radikal,” ujar Nurwakhid.

Jenderal bintang tiga ini menerangkan, salah satu faktor penyebab seseorang terkena virus radikalisme ialah tidak memahami metodologi berpikir secara mendalam untuk memahami agama. Agama hanya dipahami secara sempit dalam tataran fiqih oriented.

Menurutnya, radikalisme dan terorisme merupakan fitnah terbesar dalam Islam karena yang dirugikan selain agama Islam, juga masyarakat secara luas. Namun, orang akan terbentengi jika mau memahami tasawuf.

“Seseorang akan terbentengi dari ideologi radikal jika menjalani tasawuf karena tahu kesalahannya sendiri,” ucapnya seraya berterima kepada para kiai dan nyai yang selama ini berperan dalam menanggulangi radikalisme.

Sementara itu, dijelaskan oleh pendiri PSP, Achmad Ubaidillah saat membuka halaqah, kegiatan ini dimaksudkan untuk mempererat silaturahmi antar-sesama pengelola pesantren. Upaya ini untuk menguatkan barisan dalam menjaga NKRI dari bahaya radikalisme dan terorisme.

“Terlaksananya kegiatan ini berangkat dari visi besar PSP, yakni membangun dan merawat silaturahmi antar sesama kiai, nyai serta pengelola pesantren untuk tujuan bangsa yang lebih besar, terutama problem radikalisme,” tutur Ubaidillah. (Fathoni)